Awalnya Dicaci, Akhirnya Diakui dan Dikunjungi Menteri

Omah Ngisor, Rumah Baca di Bawah Kaki Sumbing

Awalnya Dicaci, Akhirnya Diakui dan Dikunjungi Menteri
Marta Adi Putra, pengelola Omah Ngisor saat berada di rumah baca Omah Ngisor. Foto: Putri Yunita for Jawa Pos Radar Kedu

jpnn.com - Berawal dari keresahan lantaran melihat rendahnya minat baca warga, Muhammad Aprianto (35) memutuskan mendirikan perpustakaan bernama Omah Ngisor di Desa Sambak, Kajoran Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meski awalnya dicibir, Omah Ngisor akhirnya eksis dan diakui.

Agus Hadianto, Mungkid

SEKILAS rumah tersebut seperti bangunan yang biasa, berdiri di tengah-tengah Desa Sambak, Kajoran Kabupaten Magelang. Namun, setelah masuk ke dalamnya, terlihat tatanan buku di rak yang menggoda untuk dibaca.

Seperti itulah suasana Omah Ngisor yang didirikan Aprianto dan adiknya, Marta Adi Putra, (22). Marta mengisahkan, kakaknya yang akrab disapa Anto mulanya resah ketika melihat rendahnya tingkat literasi pemuda dan pemudi Desa Sambak.

Selain itu, kesenian tradisional yang sempat berjaya di desanya juga sekarat. Akhirnya, terbesitlah keinginan untuk mendirikan sebuah sanggar belajar dan rumah baca di rumah.

Anto bersama pemuda Desa Sambak akhirnya menggalang dana masyarakat untuk membentuk sebuah sanggar belajar. Bermodal 10 eksemplar buku milik Anto dan buku hasil penggalangan dari masyarakat, pada Maret 2008 berdirilah Sanggar Belajar dan Rumah Baca Omah Ngisor.

“Kemudian bertransformasi menjadi Komunitas Baca Omah Ngisor. Nama Omah Ngisor dipilih karena rumah baca tersebut berada di tepi bawah jalan raya,” ungkap pria yang masih melajang ini.

Marta mengatakan, perjuangan kakaknya bersama para pemuda-pemudi Desa Sambak menjalankan Komunitas Baca Omah Ngisor tidaklah mudah. Cemoohan dan hujatan menjadi makanan setiap hari.

Berawal dari keresahan lantaran melihat rendahnya minat baca warga, Muhammad Aprianto memutuskan mendirikan perpustakaan bernama Omah Ngisor.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News