Awalnya Jijik Melihat Mayat Sudah Membusuk

Awalnya Jijik Melihat Mayat Sudah Membusuk
Mayat. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Andai setiap peristiwa bisa dibaca dan dipahami oleh setiap orang yang melihat, Subandi yakin setiap orang akan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ayah lima anak ini mengawali kariernya di Kepolisian sejak masuk Bintara Polisi pada tahun 1983. Di awal karier, suami dari Sustriani ini sama sekali tidak punya angan-angan akan mempunyai tugas melakukan identifikasi.

“Awalnya saya hanya hobi fotografi, menghasilkan foto seni, kemudian berkembang menjadi foto peristiwa dan foto kejahatan,” ujarnya.

Perkembangan kejahatan yang mengikuti perkembangan zaman, membuat tuntutan identifikasi semakin berkembang, termasuk Subandi dituntut untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus.

Teka-teki kejahatan dan kerumitan yang dihadapi dalam setiap kasus menjadikan sebuah tantangan.

Ada kepuasan tersendiri saat identifikasi berhasil mengungkap sebuah kejahatan.

Ia mencontohkan, ketika terjadi pencurian di sebuah rumah, saat itu penyelidikan nyaris mentok karena tidak ada bukti sama sekali yang tersisa.

Sementara yang tertinggal hanyalah sebuah sidik telapak kaki. Berbekal telapak kaki ini, Subandi berhasil membantu Satuan Reskrim menangkap pelaku.

Ada "tangan-tangan dingin" yang memudahkan para penyidik Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) mengungkap beragam kasus kriminalitas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News