Ayo Lebih Bijak Gunakan Antibiotik

Ayo Lebih Bijak Gunakan Antibiotik
dr Hari (tiga dari kanan) usai seminar di RSUD Dr Soetomo Surabaya. FOTO : JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Memperingati Pekan Peduli Antibiotik Sedunia pada 13 – 19 November, Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) dan RSUD  Dr. Soetomo Surabaya bekerjasama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Kementerian Kesehatan, Pemprov Jawa Timur, Universitas Airlangga, dan Pfizer menyelenggarakan beragam acara. Di antaranya lomba cerdas cermat, lokakarya, seminar semi populer.

Dalam seminar yang dihadiri Ketua KPRA dr. Hari Paraton,  Sp.OG(K), didapat fokus utama bahwa konsultasi dengan tenaga kesehatan, sebelum mengkonsumsi dan menggunakan antibiotik adalah hal yang mutlak.  

Sebab, Resistensi antimikroba (AMR) semakin menunjukkan tren berbahaya. Menurut data WHO, pada tahun 2014 terdapat 480.000 kasus baru multidrug-resistent tuberculosis (MDR-TB) di dunia dan 700.000 kematian per tahun akibat bakteri resisten. Selain itu, berdasarkan laporan the Review on Antimicrobial Resistance, diperkirakan bahwa jika tidak ada tindakan global yang efektif, AMR akan membunuh 10 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahunnya pada tahun 2050.

Angka tersebut melebihi kematian akibat kanker, yakni 8,2 juta jiwa per tahun dan bisa mengakibatkan total kerugian global mencapai US$ 100 triliun.

Lebih lanjut dr. Hari Paraton,  Sp.OG(K) mengatakan, “Di Indonesia, Kementerian Kesehatan secara aktif mendukung pengendalian AMR. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah antara lain telah berfungsinya Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk tahun 2014 dan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba diawali pada 144 rumah sakit rujukan nasional dan regional serta Puskesmas di lima provinsi pilot project,” katanya.

Tantangan yang harus dihadapi dalam penanggulangan resistensi bakteri menjadi tidak mudah karena persoalan ini bukan saja melibatkan pasien atau dokter, tetapi juga melibatkan industri farmasi, industri rumah sakit, dan kesadaran masyarakat. “Diperlukan kerjasama semua pihak untuk mengatasi masalah resistensi bakteri ini. Termasuk masyarakat harus lebih bijak menggunakan antibiotik,” ujar dr. Hari.

Untungnya kampanye tersebut banyak mendapat dukungan. Salah satunya dari Pfizer sebagai penyedia obat-obatan anti-infeksi dan obat anti jamur terkemuka di industri farmasi dunia. “Kami akan  terus berinovasi  dalam meningkatkan portofolio obat anti-infeksi dan anti jamur di seluruh dunia, di mana secara global kami menawarkan akses ke lebih dari 80 obat anti-infeksi dan anti-jamur untuk pasien dan tenaga  kesehatan,” ujar Medical Director Pfizer Indonesia Handoko Santoso. (JPNN/pda)


Angka tersebut melebihi kematian akibat kanker, yakni 8,2 juta jiwa per tahun


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News