Banyak Perempuan Indonesia Jadi Tulang Punggung Saat Pandemi COVID-19

Banyak Perempuan Indonesia Jadi Tulang Punggung Saat Pandemi COVID-19
Yayuk Ernawati bekerja melipat kantong kresek setelah suaminya di-PHK saat pandemi. (Supplied: Willy Abraham)

Yayuk Ernawati, seorang ibu rumah tangga di Gresik Jawa Timur terpaksa harus bekerja, setelah suaminya menjadi korban pemutusan hubungan kerja akibat pandemi COVID-19.

Saat suaminya masih bekerja sebagai buruh pabrik kayu, pendapatannya sebesar Rp115 ribu per hari masih cukup untuk menghidupinya, seorang anak, dan ibu dari Yayuk yang sakit.

"Saat suami enggak bekerja, rasanya bingung. Apalagi ibu saya sakit dan perlu biaya juga," kata Yayuk kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.

"[Kami] enggak punya tabungan, sudah habis untuk biaya masuk sekolah anak saya dulu dan pengobatan ibu," imbuhnya.

Yayuk kemudian mencoba mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan dari rumah, karena tidak bisa meninggalkan ibunya.

Hingga akhirnya ia bekerja melipat kantong plastik untuk dimasukkan ke dalam kantong-kantong sebelum dijual, setelah diajak tetangganya.

Banyak Perempuan Indonesia Jadi Tulang Punggung Saat Pandemi COVID-19 Photo: Yayuk diupah per glangsing. Satu glangsing dihargai Rp10 ribu. Dalam tiga hari, Yayuk bisa menyetor 10 glangsing. (Supplied: Willy Abraham)

 

Upah yang diterimanya adalah sebesar Rp 10 ribu untuk setiap glansing, atau semacam karung, yang penuh dengan kantong plastik yang dilipatnya.

Yayuk Ernawati, seorang ibu rumah tangga di Gresik Jawa Timur terpaksa harus bekerja, setelah suaminya menjadi korban pemutusan hubungan kerja akibat pandemi COVID-19

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News