Banyak Siswa SD sampai Menengah Tidak Bisa Calistung

Banyak Siswa SD sampai Menengah Tidak Bisa Calistung
Guru di Merauke mengajarkan literasi ke siswa dengan pohon suku kata. Foto: Mesya Mohammad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sungguh ironis, di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya lewat gerakan literasi, ternyata masih banyak siswa SD sampai menengah tidak bisa calistung. Bahkan mereka tidak mendapatkan pengajaran sesuai kurikulum yang berlaku.

Jangankan Kurikulum 2013, K-2006 saja tidak diajarkan. Para siswa yang tinggal di daerah 3T ini hanya mendapatkan materi alakadarnya dari guru berkompetensi seadanya juga.

"Kami sudah meninjau kondisi guru-guru maupun siswa di daerah 3T. Dari 56 kabupaten yang kami tempatkan guru SM3T (Sarjana Mengajar di 3T), kondisinya memerihatinkan. Bukan hanya SD, siswa sekolah menengah juga tidak bisa calistung," kata Kasubdit Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Sekolah Indonesia Luar Negeri Kemendikbud Renny Yunus dalam seminar peningkatan literasi di sekolah daerah 3T, Rabu (19/7).

UNESCO, lanjutnya, menyebutkan ketrampilan membaca peserta didik di Indonesia sangat rendah. Selain itu, data UNDP juga menunjukkan angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen.

Data ini menurut Renny didukung hasil evaluasi lapangan pada program SM3T. Pada 2016, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) menempatkan guru melalui program SM3T. Sebanyak 2994 guru SM3T dikirim ke 1937 sekolah yang tersebar di 56 kabupaten.

"Salah satu hasil evaluasi lapangan program ini menunjukkan masih ada peserta didik di tingkat pendidikan menengah masih belum lancar membaca dan menulis. Itu sebabnya dilaksanakan program pemerataan mutu guru dalam peningkatan literasi di sekolah daerah 3T," terangnya.

Dia menyebutkan, program ini difokuskan di 20 kabupaten daerah 3T. Program ini rencananya berkesinambungan, dengan melibatkan kabupaten di 3T yang bebeda.

Sementara itu Dirjen GTK Sumarna Surapranata mengatakan, program literasi ini sangat penting untuk mengejar ketinggalan Indonesia dari negara-negara tetangga.

Sungguh ironis, di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya lewat gerakan literasi, ternyata masih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News