Bayangkan jika Anak Anda Pergi ke Sekolah Lewat Jembatan Ini

Bayangkan jika Anak Anda Pergi ke Sekolah Lewat Jembatan Ini
Warga Kampung Ahapatung termasuk anak-anak mereka, menjadikan jembatan bambu sebagai akses utama. Foto: Sriwani Adolong/Manado Post

jpnn.com, SANGIHE - Warga Kampung Ahapatung, Kecamatan Tabukan Selatan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, menyebutnya Tatuliang Patung. Sebuah jembatan yang dibangun dari bambu.

Sriwani Adolong, Manado Post

Jembatan tersebut berketinggian sekitar empat meter dari atas sungai yang mengalir di kampung terisolir tersebut. Fasilitas yang dibangun masyarakat ini sangat membantu. Apalagi bagi anak sekolah. Ini satu-satunya penghubung mereka dengan akses ke lokasi sekolah.

Dari penelusuran Manado Post pekan lalu, jembatan ini dirakit dari puluhan bambu. Lebar jembatan gantung hampir satu meter. Hanya bisa dilalui satu orang. Di tepi sungai berwarna cokelat tersebut, dipenuhi Pohon Sesa (dalam bahasa Sangihe). Butuh kehati-hatian jika lewat jembatan.

Penjabat Kapitalaung Ahapatung Alwet Pantas mengatakan, jembatan dibuat untuk menghemat waktu perjalanan. Mengingat harus menempuh jalur darat sepanjang 12 kilometer (Km) dari pusat kecamatan ke Kampung Ahapatung.

"Jika menggunakan akses jalan darat masih sempit dan rusak. Sedangkan kalau pumpboat memakai jalur sungai dari ibu kota kecamatan, jaraknya 150 meter," kata Pantas.

Menurut dia, jembatan tersebut juga membantu anak sekolah menyeberang. ”Kalau tidak, anak sekolah akan menempuh perjalanan sangat jauh,” ujarnya.

Dia mengatakan, jembatan tersebut sudah puluhan tahun. Jika ada bambu sudah tak layak pakai, maka diganti masyarakat. "Belum lama ini ada pemerintah provinsi datang. Kami rapat bersama. Hasilnya jembatan ini dibangun dan masuk dalam APBD Provinsi 2019 mendatang," ungkap Pantas.

Jembatan tersebut berketinggian sekitar empat meter dari atas sungai yang mengalir di salah satu kampung terisolir di Sangihe.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News