Begini Cara Fatayat NU Tekan Angka Stunting Anak
Angka itu lebih bila dibandingkan dengan masyarakat kota yang sebesar 32,5 persen dengan status pendidikan lebih tinggi 33,6 persen.
“Salah satu penyebab masih tingginya angka kasus stunting ini, selain rendahnya kemampuan masyarakat untuk membeli makanan bergizi, juga disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya memberikan ASI ekslusif kepada bayi,” imbuh Anggia.
Karena itu, Fatayat NU menyerukan aksi bersama masyarakat dan pemerintah. Yakni, mendewasakan usia perkawinan dan menolak pernikahan anak.
Berdasarkan kajian yang dilakukan ahli gizi Indonesia, perkawinan anak berpotensi melahirkan generasi stunting, dikarenakan calon ibu masih dalam masa pertumbuhan.
Pada usia ini, calon ibu belum siap hamil dan melahirkan. Selain itu, secara psikologis, mereka juga belum siap untuk menjadi orang tua.
“Kita harus berjuang untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di masa depan. Sebab, mereka adalah orang yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini,” tegas Anggia. (jos/jpnn)
Pengurus Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) membuat gerakan untuk mencegah stunting melalui pembentukan Barisan Nasional Cegah Stunting (Barnas).
Redaktur & Reporter : Ragil
- Terima Audiensi Kepala BKKBN Sumsel, Tyas Fatoni Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting
- Sumsel-Pusri Atasi Inflasi, Stunting, dan Kemiskinan Ektrem
- Dokter Hasto Beberkan Tips Sederhana Cegah Stunting, Singgung soal Ikan Lele
- Herbalife Dukung Upaya Pemerintah Memerangi Malnutrisi & Stunting, Nih Buktinya
- Suplemen Ini Bantu Penuhi Nutrisi Otak dan Tumbuh Kembang Anak
- Sido Muncul Salurkan Bantuan Rp 200 Juta untuk Anak Stunting