Benny Sabdo: Mahar Politik Melahirkan Bandit Demokrasi

Benny Sabdo: Mahar Politik Melahirkan Bandit Demokrasi
Direktur Eksekutif Respublica Political Institute (RPI) Benny Sabdo. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Respublica Political Institute (RPI) Benny Sabdo menilai fenomena mahar politik dapat merusak sistem demokrasi.

Ia menegaskan mahar politik mendorong orang menjadi bandit demokrasi. Banalitas korupsi dan miskinnya etika publik di negeri ini telah merusak tatanan demokrasi. Pasar gelap kekuasaan, mengakibatkan adanya beban mengembalikan modal.

“Kepemimpinan tidak diukur dari kapasitas, integritas dan dedikasi tapi uang,” tegas Benny di Jakarta, Sabtu (13/1/2018 malam.

Analis Hukum Tata Negara ini menjelaskan partai pada akhirnya jauh keluar dari tugas dan fungsinya yang luhur. Partai hanya menjadi event organizer perhelatan pemilu.

Ia memaparkan pada akhirnya partai hanya menjadi panitia pemenangan. “Partai hanya menjadi perkumpulan para makelar pemilu. Lalu menjadi makelar proyek, jika sang jagoannya menang menjadi kepala daerah,” keluhnya.

Benny memaparkan kuatnya restu petinggi partai dalam mengusulkan calon kepala daerah semakin menegaskan ada yang keliru dalam proses demokrasi di partai.

“Proses pengambilan keputusan di dalam partai cenderung didominasi sekelompok elite yang merasa memiliki partai,” urainya.

Menurut Benny, fenomena ini menjadi mengemuka setelah adanya pengakuan La Nyalla Mattalitti karena tak diberi rekomendasi oleh Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, untuk maju ke Pilkada Jawa Timur. La Nyalla diduga tak mendapat rekomendasi karena tak mampu membayar sejumlah uang.

Menurut Benny, KPU memiliki tugas mulia menjaga pemilu yang luber dan jurdil. Fenomena mahar politik sungguh mencederai nilai-nilai demokrasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News