Berharap Ada Perwira Indonesia Tampil di Jalur Gaza

Berharap Ada Perwira Indonesia Tampil di Jalur Gaza
ORANG PENTING: Rais Abin di kantor pusat LVRI, lantai 11 Plaza Semanggi, Jakarta. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

Rais menuturkan, di tengah permainan itu mendadak Himawan harus menerima telepon dari Mabes ABRI (kini TNI). Tidak lama kemudian, telepon diberikan ke Rais. Rupanya, yang menelepon adalah Asisten Pembinaan Personel ABRI Susilo Sudarman. ”Saya diminta menjadi kepala staf UNEF (United Nation Emergency Force) di Gurun Sinai,” tuturnya.

Alumnus Seskoad Bandung dan Australia itu pun tidak kuasa menolak perintah tersebut karena penunjukan itu tidak bernada perintah, melainkan meminta tolong. Usut punya usut, ternyata Himawan yang merekomendasikan Rais kepada Susilo Sudarman saat menerima telepon. ”Kalau diingat itu kayak joke saja,” ujarnya seraya tertawa.

Rais pun berangkat ke Sinai pada 28 Desember 1975 dan memulai tugas awal Januari 1976 pada misi UNEF II. Karena kiprahnya yang dinilai baik dan mendapat persetujuan dari seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, setahun kemudian Rais ditunjuk sebagai panglima UNEF II dengan pangkat mayjen atau bintang dua.

Dia menggantikan Letjen Bengt Liljenstrand asal Swedia yang mengundurkan diri pada 1 Desember 1976. Penunjukan Rais dilakukan lewat surat kawat pribadi dari Sekjen PBB kala itu, Kurt Waldheim. Tugas Rais adalah mendamaikan Mesir dan Israel yang bertikai gara-gara pendudukan Israel atas Gurun Sinai yang merupakan bagian teritori Mesir.

Bukan hal mudah untuk mendamaikan kedua negara yang sama-sama mengklaim Sinai sebagai bagian wilayahnya. Apalagi, posisi Rais saat itu tergolong sulit. Sebab, dia adalah warga negara Indonesia, dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Dengan susah payah, akhirnya Rais berhasil menemui Menteri Pertahanan Israel Shimon Peres. Peres kemudian menjadi presiden Israel hingga Kamis lalu (24/7) mengundurkan diri dari jabatannya itu di usia 90 tahun.

Persoalan belum berhenti sampai di situ. Menurut purnawirawan kelahiran 15 Agustus 1926 tersebut, meyakinkan pihak Mesir juga sulit. Blokade-blokade oleh tentara Mesir membuat dia dan pasukannya tidak bisa leluasa bergerak.

Mantan Dubes RI di Malaysia dan Singapura itu akhirnya menemui panglima militer Mesir untuk meminta keleluasaan bergerak. Rais mengancam akan mundur dari Sinai jika aktivitas pasukannya dipersulit.

KONFLIK di Jalur Gaza antara Palestina dan Israel mengingatkan Letjen (pur) Rais Abin pada peristiwa 36 tahun silam. Saat itu dia dipercaya sebagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News