Berharap Ada Perwira Indonesia Tampil di Jalur Gaza
Setelah blokade-blokade dibuka, Rais pun berkali-kali mengundang kedua pihak untuk berunding di markas UNEF di Sinai. ”Tiap dua minggu sekali saya adakan rapat dan selalu di situ (Sinai) karena Sinai merupakan wilayah PBB,” tutur bapak 3 putra, kakek 7 cucu, dan buyut 3 cicit itu.
Setelah Rais beberapa kali memfasilitasi pertemuan antara kedua pihak, tanda-tanda perdamaian mulai muncul. Lalu, dibuatlah konsep perjanjian damai yang akhirnya dinamai Camp David. Perjanjian tersebut sebenarnya memiliki benang merah dengan Palestina.
Ada dua kerangka perjanjian yang disusun. Kerangka pertama berkaitan dengan perdamaian di Timur Tengah, dalam hal ini penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza dan Tepi Barat serta melarang pendirian permukiman baru Yahudi. Kerangka kedua berhubungan dengan perdamaian antara Mesir dan Israel. Pada akhirnya, hanya kerangka kedua yang ditandatangani.
Menjadi panglima pasukan perdamaian PBB membuat Rais dikenal banyak pemimpin dunia. Dia cukup akrab dengan Anwar Sadat dan pemimpin PLO Palestina Yasser Arafat.
Sebagai pejabat teras di PBB, dia bisa berkomunikasi langsung dengan Kurt Waldheim yang menjadi Sekjen PBB saat itu. Selama masa perundingan Mesir dan Israel, Gurun Sinai menjadi wilayah kekuasaan Rais.
Suami Dewi Asiah itu menuturkan, pada 1981 Anwar Sadat tewas karena dibunuh rakyatnya yang tidak setuju atas kunjungan Sadat ke Jerusalem. Itulah hal yang sangat disayangkan Rais. ”Sadat saat itu sedang berupaya untuk mengembalikan kedaulatan Palestina sesuai Resolusi PBB No 242 Tahun 1967,” tuturnya.
Kala itu Sadat merupakan satu-satunya pemimpin negara di Timur Tengah yang suaranya didengar Israel dan Amerika Serikat. Munculnya Resolusi 242 yang mewajibkan penarikan pasukan Israel dan mengatur batas antara Israel-Palestina juga tidak lepas dari lobi yang dilakukan Sadat.
Penerus Sadat, Husni Mubarak, ternyata tidak bisa tegas memperjuangkan resolusi tersebut. Penjajahan atas Palestina pun terus berlangsung sampai sekarang dengan kekuatan yang tidak sebanding. Menurut Rais, sebenarnya roket-roket pejuang Palestina tidak memberikan dampak apa pun kepada Israel selain perasaan risi.
KONFLIK di Jalur Gaza antara Palestina dan Israel mengingatkan Letjen (pur) Rais Abin pada peristiwa 36 tahun silam. Saat itu dia dipercaya sebagai
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri