Cantrang Tetap Digunakan, Kasihan Anak Cucu Kita

Cantrang Tetap Digunakan, Kasihan Anak Cucu Kita
Para nelayan pengguna cantrang saat melaut. Foto: Radar Pekalongan/JPG

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Dr Suradi Wijaya Saputra menuturkan untuk hari ini atau jangka pendek, cantrang merupakan alat tangkap ikan paling menguntungkan. Produktivitasnya paling tinggi.

’’Itulah (kenapa, red) nelayan dan pengusaha mati-matian supaya tetap diizinkan (gunakan cantrang, red),’’ kata doktor bidang manajemen sumber daya perikanan itu.

Suradi menuturkan dari sisi produktivitas cantrang memang menggiurkan. Namun dari aspek sumber daya laut dan keberlanjutan usaha nalayan, menangkap ikan menggunakan cantrang sangat rawan.

Sebab menangkap ikan dengan cantrang tingkat selektifnya rendah. Artinya semua ukuran ikan bisa tertangkap.

’’Anak-anak (ikan, red) yang masih bermain ditangkap. Yang baru dilahirkan ditangkap bersama induknya,’’ katanya.

Jadi ikan-ikan yang menjadi sumber penghasilan nelayan itu tidak memiliki kesempatan untuk regenerasi.

Dia juga membenarkan bahwa penangkap ikan cantrang juga tidak selektif dari jenis ikan. Dia memperkirakan cantrang hanya bisa menangkap sekitar 50 persen ikan yang benar-benar diburu.

Seperti kerapu, kakap merah, bawal putih, dan bawal hitam. Sisanya adalah ikan non sasaran yang nilai ekonomisnya sangat rendah. Ikan-ikan non sasaran itu dijual Rp 5.000/kg sekalipun susah lakunya.

Menangkap ikan dengan menggunakan cantrang, anak-anak ikan yang sedang bermain pun tertangkap.Yang baru lahir juga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News