Curhatan Bunda-bunda PAUD, Ada yang Digaji Rp 100 Ribu

Curhatan Bunda-bunda PAUD, Ada yang Digaji Rp 100 Ribu
Siswa PAUD lomba mewarnai di acara Pekan Peringatan Hardiknas 2018. Foto: Mesya Mohamad/JPNN.com

jpnn.com - Di tengah kemeriahan Pekan Peringatan Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) 2018 di Sulut, muncul keluhan dari Bunda-bunda PAUD (pendidikan anak usia dini).

Mesyia Mohamad, Manado

SEJAK 21-27 April Gedung BP (Badan Pengembangan) PAUD dan Dikmas (Pendidikan Masyarakat) Sulut ramai dengan anak-anak. Mereka berasal dari PAUD di wilayah Kabupaten Mihahasa, Mihasa Utara (Minut), Mihahasa Selatan (Minsel), Kota Bitung, Tomohon, dan Manado.

Ribuan siswa PAUD dan ATS (Anak Tidak Sekolah) bersukacita merayakan Hardiknas dengan gelar seni, donor darah, lomba gerak dan lagu PAUD, mewarnai, show pakaian tradisional, bazar buku murah, nonton film, dan lainnya.

Meski usia dini, tapi kemampuan anak-anak ini membuat decak kagum. Mereka bisa tampil sempurna, walaupun ada juga yang gugup. Sementara di balik layar puluhan guru PAUD tampak tegang. Mereka waswas bila anak didiknya lupa dengan apa yang sudah diajarkan.

"Kalau anak-anak tampil saya dan guru-guru PAUD suka tegang. Apalagi kalau lomba, makanya saya suka berdiri dekat anak-anak untuk memberikan semangat," ungkap Pimpinan TK Tumou Tou binaan BP PAUD dan Dikmas Sulut Meity Moniung di sela-sela kegiatan pekan Hardiknas di Manado.

Dia menceritakan suka duka menjadi guru TK. Meity yang berstatus PNS ini awalnya pegawai di Pemprov Sulut. Namun, empat tahun terakhir dipindahkan ke TK Tumou Tou.

TK yang dibentuk 2007 ini awalnya berbentuk PAUD. Kemudian berkembang menjadi TK karena ingin membantu masyarakat sekitar mendapatkan pemdidikan berkualitas.

Bunda-bunda PAUD berharap Pekan Peringatan Hardiknas 2018 menjadi momen pemerintah memerhatikan nasib mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News