Dari Prasmanan ke Nasi Kotak

Katering Jamaah Haji Indonesia

Dari Prasmanan ke Nasi Kotak
Dari Prasmanan ke Nasi Kotak
"Tapi itu tidak benar. Saya menemukan ada nasi yang basi, nasinya berlendir," kata dia. Kasus ini terjadi ketika jamaah terkosentrasi di Armina, tepatnya usai menjalani wukuf di padang Arafah. Nasi yang basi ini, akhirnya mau tidak mau dikonsumsi oleh sejumlah jamaah haji. Beberapa saat kemudian, para jamaah itu sakit perut. Tak ayal, ratusan jamaah antre di depan WC untuk buang air besar.

Menurut Nisa, kelemahan lain dalam penggunaan sistem prasmanan ini adalah munculnya antrean jamaah yang cukup panjang. Saat mengamati langsung ke tanah suci, Nisa melihat ada antrean yang panjangnya hingga ratusan meter. "Panjangnya antrean untuk makan ini tentu merugikan jamaah yang sudah renta. Belum lagi jika caucanya pas panas," katanya.

Selain mengakibatkan antrean panjang, model penyajian prasmanan ini bisa membuat kecewa jamaah yang ada di antrean paling belakang. Ketika sudah sampai di depan meja prasmanan, rata-rata yang tersisa tinggal nasi dan sedikit sayur serta lauk-pauk.

Sebaliknya, jika menggunakan model nasi kotak atau boks, Nisa mengatakan tidak akan terjadi antrean pengambilan makanaan yang melibatkan seluruh jamaah. Dia menuturkan, jika sistem ini nantinya dijalankan pemerintah saat pelaksanaan ibadah haji, cukup ketua rombongan yang mengambil makanaan.

JAKARTA - Kejadian luar biasa (KLB) ratusan jamaah haji yang sakit perut gara-gara memakan nasi basi tahun lalu diharapkan tidak terulang tahun ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News