Dendam Ilmiah

Dendam Ilmiah
Ilustrasi foto banjir di Jakarta. Foto: Disway

jpnn.com - Banjir sudah berlalu, mestinya. Yang belum adalah sentimen-sentimennya. Setiap kali ada masalah di Jakarta, gema pilpres mendengung lagi.

Itu seperti luka yang belum sembuh tergores kembali. Masih juga belum bisa move on.

Bahasa ejekannya saja yang berubah. Dari cebong dan kampret menjadi kutu babi dan kadal gurun.

Baca Juga:

Bersih-bersih gorong-gorong bisa cepat dilakukan. Bersih-bersih emosi sampai tujuh turunan, kelihatannya.

Ya sudah. Nikmati saja. Itulah kita. Dendam adalah kita. Bully adalah kita. Kita adalah dendam. Kita adalah bully.

Saya masih bersyukur. Tidak ada yang menyalahkan alam. Tidak ada yang menghujat Tuhan.

Baca Juga:

Ilmu pengetahuan juga harus mengalah. Tidak ada yang mempersoalkan mengapa tidak ada warning.

Semua sibuk liburan. Sibuk tahun baru. Tidak hanya Carlos Ghosn yang memanfaatkan kelengahan akibat keasyikan pesta liburan.

Banjir sudah berlalu, mestinya. Yang belum adalah sentimen-sentimennya. Setiap kali ada masalah di Jakarta, gema pilpres mendengung lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News