Desakan Sumbar Lockdown Makin Kuat, Ini Sebabnya

Desakan Sumbar Lockdown Makin Kuat, Ini Sebabnya
Ilustrasi petugas medis mengenakan pakaian pelindung agar tak terpapar virus corona Foto: REUTERS/SERGIO PEREZ

jpnn.com, PADANG - Sejumlah elemen masyarakat di Sumatera Barat terus mendesak Gubernur Irwan Prayitno mengambil langkah dan memutuskan Sumbar lockdown, menutup akses ke Ranah Minang untuk sementara.

Desakan itu makin kuat setelah Kamis (26/3) kemarin, pemerintah mengumumkan adanya lima kasus positif virus corona di Sumbar.

Selain dari ribuan netizen di media sosial, desakan Sumbar lockdown juga datang dari para dokter, akademisi, tokoh masyarakat dan anggota legislatif di Sumbar. Mereka meminta dilakukan penutupan akses masuk-keluar Sumbar. 

Inisiator dan Juru Bicara Relawan Kawal Covid-19 Sumbar Sari Lenggogeni dan Yul Akhyari Sastra kepada Ketua DPRD Sumbar Supardi menyampaikan langsung beberapa pertimbangan kondisi yang membuat Gubernur Sumbar mesti mengambil kebijakan lockdown

"Dari laporan sejumlah direktur rumah sakit, Sumbar tidak memiliki perlengkapan kedaruratan yang cukup untuk menangani kasus Covid-19. Meliputi kekurangan alat pelindung diri (APD) dan kelengkapan untuk melindungi penularan virus ke tenaga medis sebagai garda terdepan," ungkap Sari Lenggogeni seperti dikutip dari Padang Ekspres (padek.co).

Selanjutnya, kata Sari, ruang isolasi tidak standar. Banyak kekurangan peralatan medis yang mendesak seperti portable rontgen, ventilator dan lainnya di banyak rumah sakit jejaring termasuk rumah sakit rujukan yakni RSUP M. Djamil Padang dan RS Achmad Mochtar Bukittinggi.

Untuk mengirimkan specimen swab hidung dan tenggorokan pasien yang akan dites Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, memerlukan alat Virus Transport Medium (VTM) yang jumlahnya tidak mencukupi.

Dengan kondisi itu, disadari tenaga medis sangat terbatas dalam menangani jumlah pasien dan risiko terpapar paling besar ada pada tenaga medis.

Banyak yang mendesak agar Irwan Prayitno memutuskan Sumbar lockdown. Mereka tak mau ada kuburan massal di Ranah Minang, seperti di Italia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News