Di Pulau Ini Kambing Makan Kertas, Plastik, Uang, Juga SK

Di Pulau Ini Kambing Makan Kertas, Plastik, Uang, Juga SK
Anak-anak bermain di salah satu sudut Pulau Bungin. Nyaris tak ada tanaman yang bisa tumbuh di pulau ini. Foto: SEKARING RATRI/Jawa Pos

Bungin dalam bahasa Bajo, etnis mayoritas di sana, memang berarti gundukan pasir. Tak cuma rumput, segala jenis tanaman jarang sekali bisa hidup sana.

Tapi, kalaupun tanahnya bisa ditanami, mau ditanam di mana? Bungin kerap disebut sebagai pulau terpadat di dunia. Dengan luas hanya 9,5 hektare, pulau tersebut dihuni sekitar 3.500 orang.

Ada 764 rumah yang berdiri di atasnya. Dengan satu rumah bisa dihuni sampai tiga kepala keluarga (KK).

Bahkan, menurut Tison Sahabuddin, tokoh pemuda di sana, luas asli Bungin hanya 2 hektare. Tapi terus berkembang jadi seperti sekarang karena reklamasi batu karang untuk tempat tinggal.

Menurut Tison, kepadatan tersebut berasal dari kewajiban bagi seorang pria di Bungin yang ingin menikah untuk membangun rumah sendiri.

Akibatnya, luasan pulau terus bertambah hingga akhirnya tak punya garis pantai karena habis untuk hunian.

Kini pengembangan Bungin hanya bisa dilakukan ke daerah timur, utara, dan barat. ”Kalau selatan sudah tidak bisa karena sudah tinggi (kedalaman lautnya, Red). Langsung masuk ke air biru (laut dalam),” jelasnya.

Itu pun sudah tidak bisa seperti dulu. Ketika tiap pasangan yang akan menikah tinggal memilih area yang disukai.

Pulau Bungin sangat tandus, taka da rumput. Di pulau ini, kambing-kambing makan kertas, termasuk SK pengangkatan Kades.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News