Di Tangan Aditya, Patahan Kayu jadi Kotak Cincin Keren
Meski belajar secara otodidak, tidak sulit bagi Adit membuat produk tersebut. Hanya saja untuk menghasilkan satu kotak cincin dia memerlukan waktu hingga satu minggu.
‘’Masih coba-coba dibentuk seperti ini, coba dikasih pernik dan warna yang bervariasi. Cocok atau tidak,’’ ungkap pria 27 tahun itu.
Tidak hanya kotak cincin berbahan kayu, Adit juga menggunakan bahan ramah lingkungan untuk pernak-pernik karyanya itu. Seperti batu pantai, karung goni, hingga bunga pinus. Kayu yang sudah terbentuk kotak maupun lingkaran itu dibungkus karung goni menggunakan lem tembak.
Bagian dalamnya dipasangi busa ata steoroform bekas. Barulah kotak cincin dihias menggunakan batu kali, bunga pinus. Kotak cincin siap digunakan seserahan saat pernikahan. Tidak hanya sebagai wadah cincin, dia menerima pesanan untuk tempat perhiasan lainnya.
Mulai berlian, kalung, gelang, dan sejenisnya. Untuk pemasarannya memanfaatkan media sosial. Dia juga melayani sewa kotak cincin untuk acara lamaran. Untuk satu kotak cincin dipatok harga bervariasi. Mulai Rp 50 ribu – Rp 150 ribu.
Produk tersebut sekaligus melengkapi galeri foto yang rencananya akan dibangun Adit beberapa waktu mendatang. ‘’Profesi utama tetaplah fotografer,’’ ucap jebolan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) jurusan kesehatan masyarakat 2014 itu. *** (fin)
Aditya Dwi Pradipta konsisten memanfaatkan bahan ramah lingkungan berupa patahan kayu mahoni untuk dijadikan kotak cincin.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri