Dirjen Sebut Impor Beras sebagai Gertakan, Menurut Anda?

Dirjen Sebut Impor Beras sebagai Gertakan, Menurut Anda?
Beras di gudang Bulog. Foto: dokumen JPNN.Com

Soal impor, kata dia, pemerintah memang siap menanggung kerugian karena beras khusus tersebut akan dijual seharga beras medium.

Dia menilai kebijakan impor beras ini hanya sebagai gertakan dari pemerintah. “Dengan impor, pemerintah ingin menunjukkan bahwa ketika harga beras pada naik, pemerintah masih punya intervensi. Itu membuat para pedagang urung untuk terus menaikkan harga beras,” tutur Khudori.

Di luar itu, beras impor yang dijual seharga beras medium memang dilakukan sebagai upaya operasi pasar. Namun operasi pasar saat ini sudah sangat telat. Sebab Februari sudah masuk masa panen. Ketika itu, produksi beras akan melimpah, belum lagi ditambah kehadiran beras impor.

“Beras impor nantinya memang bisa membantu menurunkan harga beras lebih dalam. Tapi impor ini semestinya sejak September atau Oktober 2017 lalu, karena saat itu kenaikan harga di pasar sudah kelihatan,” urainya.

Harga beras jenis medium maupun premium memang melonjak sejak beberapa hari terakhir. Di Pasar Induk Cipinang misalnya, harga beras medium tembus Rp 12 ribu per kilogram (kg), di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kg. Beras premium pun ikut naik menjadi Rp 13 ribu per kg, melebihi HET Rp 12.800 per kg.

Impor pun dilakukan bukan hanya karena harga naik. Sebelum itu, terjadi perbedaan pendapat antara Kemendag dengan Kementerian Pertanian (Kementan).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menjadi acuan Kementan, pada Januari ini angka produksi diprediksi mencapai 4,5 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 2,8 juta ton beras.

Angka tersebut akan surplus 329 ribu ton, dengan catatan kebutuhan konsumsi berkisar 2,4-2,5 juta ton per bulan.

Impor beras dilakukan bertahap, mulai akhir Januari 2018 dan dilanjutkan tahap-tahap selanjutnya sampai akhir Maret 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News