Gedung Singa di Jembatan Merah Ternyata Karya Berlage

Gedung Singa di Jembatan Merah Ternyata Karya Berlage
Gedung Singa di Surabaya. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Tampilan boleh tua. Namun, tembok tebal­nya menepis anggapan bahwa bangunan itu rapuh. Tak ada tembok yang retak. Meski usianya 115 tahun. "Saya suka gedung ini karena dilengkapi bungker arsip. Mirip rumah-rumah di Belanda," kata Alexander Nobel saat menemani Jawa Pos menelusuri Gedung Singa pada Rabu (10/10).

Bangunan tersebut menyimpan banyak hal menarik. Salah satunya adalah bungker arsip. Ruang tersebut dirancang tanpa pintu. Hanya bisa diakses dari lantai 2. Satu-satunya akses keluar-masuk adalah tangga di lantai 2. "Ini dirancang untuk tahan kebakaran. Tujuannya, semua arsip rahasia aman," jelas Nobel yang merupakan warga negara Belanda.

Akses bungker dilengkapi dengan mesin katrol. Memasukkan dan mengeluarkan barang tidak harus dengan naik-turun tangga. Tapi, diangkat dengan menggunakan katrol besi.

Berdasar catatan dinas perpustakaan dan kearsipan (dispusip), Gedung Singa selesai dibangun pada 1903. Bangunan seluas 550 meter persegi itu ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1998. Di awal pendirian, gedung tersebut dipakai untuk kantor Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente (Perusahaan Umum Asuransi Jiwa dan Tunjangan Hari Tua) milik Belanda.

Bangunan yang sempat disewa PT Aperdi Djawa Maluku itu dirancang Hendrik Petrus Berlage, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Karena itulah, arsitekturnya kental dengan gaya kolonial. Mulai tembok tebal, bercat putih, jendela lebar, hingga kamar yang luas.

Pengurus Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jatim Hermawan Dasmanto menjelaskan, Berlage cukup kondang di Belanda. Karya arsitek kelahiran 1856 itu sering menjadi objek penelitian. Selain di Amsterdam, bangunan yang dirancang Berlage hanya ada di Jakarta dan Surabaya. "Gedung Singa salah satu karya Berlage yang paling apik. Ada ornamen-ornamen yang menghiasinya," kata Hermawan.

Salah satu yang menjadi daya tarik utama adalah dua patung singa bersayap di samping pintu masuk utama. Patung tersebut sering mencuri perhatian para turis Eropa. Pria 38 tahun itu menyebut, dua patung tersebut dipahat oleh seniman asal Belanda. Namanya Joseph Mandes Da Costa. Fungsinya mirip Dwarapala pada candi atau Ciok Say pada kelenteng. Yakni, simbol penjaga bangunan agar aman.

Hingga kini, singa bersayap itu masih utuh. Warnanya abu-abu. Konon, singa-singa tersebut cukup menakutkan saat dipandang pada malam.

Hingga kini, singa bersayap itu masih utuh. Warnanya abu-abu. Konon, singa-singa tersebut cukup menakutkan saat dipandang pada malam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News