Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi
Di gunung yang terletak di Prefektur Nagano itu, Nugroho pada 7–11 Maret 2016 digembleng cara bertahan hidup dalam cuaca ekstrem.
Dimulai dengan cara mendirikan tenda di permukaan salju, mengolah makanan, hidup dalam tenda, tali-temali menghadapi tebing, menggunakan peralatan daki pada kondisi salju, hingga penyelamatan di kondisi darurat.
Menghadapi penelitian yang berlangsung lama tersebut, Nugroho mendapat dukungan penuh dari keluarga. Mereka mendukung karena dia membawa nama Indonesia.
”Terutama istri yang paham saat saya tinggal untuk kegiatan lapangan, riset, konferensi, atau tugas belajar selama berbulan-bulan,” ujar suami Zita Kusuma Ariyanti itu.
Sang istri juga membawakan bekal khusus untuk Nugroho. Dengan kondisi berada di cuaca ekstrem berbulan-bulan, faktor makanan tentu harus disiapkan.
Nugroho membawa banyak bekal instan seperti gudeg kaleng serta beberapa bumbu instan nasi goreng, soto, dan rendang.
Semua itu dibawa untuk pelepas rindu cita rasa khas Indonesia. Tak lupa, Nugroho juga membawa obat-obatan khas Indonesia seperti obat masuk angin dan minyak kayu putih.
”Saya juga bawa sambal terasi dan sambal kecap,” kata Nugroho dalam tulisannya.
Bersama tim geologi Jepang, Nugroho Imam Setiawan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang diajak bergabung untuk melakukan penelitian di
- Pemprov DKI Dukung Kerja Sama Indonesia-Jepang untuk Pembangunan Berkonsep TOD
- Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi Berharap Banyak Peserta SSW Bekerja di Jepang
- Amerika dan Jepang Perkuat Aliansi Militer, Kok China Sewot?
- Boyong Keluarga, Venna Melinda Ungkap Alasan Lebaran di Jepang
- Kemlu Proses Pemulangan Jenazah 6 WNI yang Tenggelam di Laut Jepang
- Libur Lebaran, Venna Melinda Ingin Kunjungi 4 Kota di Jepang Gegara Hal Ini