Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi

Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi
Mengambil sampel batu Metamorf di Antartika. Foto: Dokumen Nugroho Imam Setiawan

Perjalanan awal ekspedisi JARE dengan menggunakan Shirase dimulai dari Perth.

Bukan perjalanan yang cepat karena Shirase butuh waktu 18 hari untuk sampai di Antartika.

Shirase sendiri adalah kapal khusus, salah satu di antara sedikit kapal yang digunakan ke Antartika, dengan kemampuan menghancurkan es untuk melaju.

Selama perjalanan laut, Shirase beberapa kali berhenti untuk melakukan riset oseanografi. Rombongan JARE resmi tiba di Antartika pada 20 Desember 2016.

Nugroho menghabiskan waktu sekitar dua bulan di Antartika. Di sana dia melakukan survei geologi di tiga area, yakni di Pantai Prince Olav, Teluk Lutzow-Holm, dan Teluk Amundsen.

Total ada delapan orang yang masuk di tim geologi. Selama di sana, Nugroho kerap tinggal di lapangan dengan mendirikan tenda.

Masing-masing mendirikan tenda berukuran 2 x 2 meter. Hanya ada satu tenda besar berkapasitas delapan orang yang digunakan untuk pertemuan dan makan.

Bukan hal yang mudah mendirikan tenda di sana karena kondisi lapangan tidak selalu mulus.

Bersama tim geologi Jepang, Nugroho Imam Setiawan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang diajak bergabung untuk melakukan penelitian di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News