Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi

Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi
Mengambil sampel batu Metamorf di Antartika. Foto: Dokumen Nugroho Imam Setiawan

Sesekali Nugroho harus tidur di tenda dengan batuan tajam, bahkan di tengah cuaca badai salju.

Selama di sana, tidak pernah ada malam hari. Saat itu Antartika tengah memasuki musim panas sehingga matahari bersinar 24 jam setiap hari.

Maka, Nugroho bersama rombongan JARE harus tidur dalam kondisi terang benderang.

Dalam tim geologi, semua memiliki satu tugas utama. Nugroho sendiri bertugas sebagai pencatat kondisi cuaca harian.

Terkait pembagian tugas, Nugroho memiliki cerita tersendiri terhadap sosok Profesor Sotaru Baba.

Peneliti dari Universitas Ryukyus itu diberi tanggung jawab sebagai koki.

”Pada saat memasak, kami semua membantu beliau menyiapkan bahan masakan dan memasaknya. Prof Sotaru Baba sangat memahami kondisi saya yang tidak memakan bahan makanan yang mengandung babi sehingga beliau selalu menyiapkan menu khusus untuk saya,” kenangnya.

Nugroho menjalankan rutinitas di Antartika dengan mengumpulkan sampel batu metamorf dan melakukan penjelajahan di sepanjang area.

Bersama tim geologi Jepang, Nugroho Imam Setiawan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang diajak bergabung untuk melakukan penelitian di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News