Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi

Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi
Mengambil sampel batu Metamorf di Antartika. Foto: Dokumen Nugroho Imam Setiawan

Setiap hari rombongan tim geologi JARE harus menempuh jarak 5–10 kilometer untuk melakukan penelitian.

Sampel batuan yang dibawa di tas punggung juga menambah beban selama perjalanan. ”Beratnya bisa 15 sampai 20 kilogram,” ungkap Nugroho.

Untuk kebutuhan logistik, dalam beberapa waktu ada helikopter dari kapal Shirase yang membawa bahan makanan dan keperluan lain mengantarkan langsung ke lokasi para peneliti.

Terkadang cuaca sangat buruk juga menerpa rombongan JARE. Situasi itu biasanya digunakan rombongan untuk beristirahat mengisi tenaga.

Nugroho bercerita, di sela penelitian, dirinya berkesempatan mengunjungi Syowa, stasiun penelitian milik Jepang di Antartika. ”Saya di sana selama tiga hari,” katanya.

Selama di Syowa, Nugroho memanfaatkan kesempatan itu untuk satu hal langka, yaitu mandi.

Selama di lapangan melakukan penelitian, Nugroho bersama rombongan JARE tidak pernah mandi.

Dia hanya dibekali handuk basah yang mengandung antibiotik untuk membasuh seluruh badan selama di lapangan.

Bersama tim geologi Jepang, Nugroho Imam Setiawan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang diajak bergabung untuk melakukan penelitian di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News