Gus Jazil: Perguruan Tinggi Garda Terdepan Menangkal Radikalisme

Gus Jazil: Perguruan Tinggi Garda Terdepan Menangkal Radikalisme
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid di kampus UNESA, Surabaya, Rabu (7/4). Foto: humas MPR RI

“Ini lebih berat lagi. Karena saya orang politik, mana yang lebih fanatik pemilih perempuan atau laki-laki? Jawabannya perempuan. Kalau paham radikalisme ini masuk di kalangan perempuan, lebih bahaya lagi," kata politikus PKB Itu.
 
Maka dari itu Gus Jazil berharap Unesa bisa menjadi contoh kampus yang membuat program khusus bagi anak didik yang memiliki kompetensi, tetapi aman dari pemikiran radikal dan tindakan yang mengarah pada terorisme.
 
Pria asal Pulau Bawean, Jawa Timur itu menyebut sebenarnya pemikiran radikal itu selalu ada pada setiap zaman. Bahkan, sejak zaman nabi, akar dari radikalisme itu ada kemiripan, yakni watak yang keras dan selalu merasa benar sendiri.

"Pikiran radikal dengan selalu menyalahkan yang lain bisa jadi ekstremis. Kalau dengan tindakan itu menjadi teroris. Akar musabab radikalisme adalah merasa superioritas, lebih pintar, lebih hebat dari yang lain. Ini disebut takfiri, megafirkan, merendahkan yang lain. Mereka yang di luar kelompoknya itu salah," kata Gus Jazil.

Sementara itu, Rektor Unesa Prof Nurhasan mengatakan jumlah penduduk Indonesia saat ini berdasarkan data dari Ditjen Dukcapil Kemendagri mencapai 268,5 juta. Menariknya, jumlah pengguna telepon seluler jauh lebih banyak yakni sekitar 338,2 juta unit.

"Jumlah HP kita melebihi jumlah manusianya karena setiap orang bisa memiliki lebih dari satu HP," katan Nurhasan.

Dia menyebut bila teknologi itu digunakan sebagaimana mestinya terkait pekerjaan, data dan informasi, media pengetahuan, dan lainnya, jumlah HP sebanyak itu akan sangat bagus. Namun akan menjadi masalah jika dijadikan media untuk ujaran kebencian (hate speech), menyebar berita bohong dan lainnya.

"Kita bisa bayangkan jika saat ini angka rata-rata usia sekolah di Indonesia masih setara dengan kelas 3 SMP atau 7,95 tahun (data BPS, 2018). Dari poin saya yang pertama ini pertanyaannya adalah apa dampaknya pada masyarakat kita yang masih setara dengan kelas 3 SMP jika diberikan informasi hoax atau hate speech? Silakan didiskusikan karena menarik ini untuk dikaji," tuturnya.

Nurhasan juga mengungkap hasil survei yang diakukan oleh Nenilai, sebuah lembaga non pemerintah yang kredibel, melakukan survei terhadap mahasiswa baru tahun 2020 dengan jumlah sampel sekitar 30.000-an, dan 4.000-an di antaranya adalah mahasiswa baru Unesa.

Survei Nenilai terkait dengan apa pandangan anak muda tentang nilai-nilai yang ada di Indonesia saat ini, dan nilai-nilai apa yang diharapkan. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai-nilai keadilan adalah yang paling tinggi yakni sebanyak 70 persen.

GUs Jazil meminta kampus memberikan perhatian pada potensi munculnya radikalisme yang sering diawali pemikiran kritis, tetapi tidak terarah dengan baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News