Gus Karno

Oleh: Dahlan Iskan

Gus Karno
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - HIDUPNYA untuk Bung Karno –sepenuh-penuhnya. Itulah salah satu teman terkarib saya di Bali: Gus Marhaen.

Pun selama pandemi. Ia terus berbuat: untuk Bung Karno. Tiga museum ia selesaikan selama dua tahun pandemi: Museum Bung Karno Agung, Museum Proklamasi Agung, dan Museum Pancasila Agung.

Sebelum itu pun ia sudah membangun patung Bung Karno. Tingginya lima meter.

Baca Juga:

Terbuat dari perunggu –dikerjakan oleh seniman patung dari Yogyakarta.

Ketika pandemi masuk Bali, Gus Marhaen kerja keras: termasuk mengubah nama jalan di belakang patung itu menjadi Jalan Bung Karno. Dulunya jalan itu bernama Tantular Barat. Ganti nama tanpa menyakiti yang diganti. "Toh masih ada nama jalan Tantular," katanya.

Di sepanjang Jalan Bung Karno itu ia bangun museum Proklamasi Agung. Bentuknya ruang selebar 6 meter tapi panjang sekali: hampir 200 meter. Semua foto dan diorama terkait Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ada di situ.

Gerbang masuk ke lorong museum itu berupa versi kecil wajah depan Istana Merdeka. Lalu ada patung sedada Bung Karno dari kayu, sekitar 2 meter tingginya.

Di atas pagar lorong itu, terlihat ada toa. Posisinya di belakang patung 5 meter Bung Karno. Toa itu menghadap ke Bung Karno.

Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News