Harga Bawang Putih Turun Tetapi tak Signifikan

Harga Bawang Putih Turun Tetapi tak Signifikan
Bawang putih. Foto : Humas Kementan

Di bagian lain Bupati Suharsono justru mengkritisi kinerja TPID. Menurutnya, peran TPID harus lebih masif dalam penanganan inflasi. Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Sebab, Suharsono memandang penanganan inflasi selama ini hanya sebatas melihat kondisi harga di pasar tertentu saja.

"TPID tidak boleh hanya membahas harga. Tapi tidak menyentuh penyebab kenaikan harga itu,” sindirnya.

Suharsono berharap, anggota TPID bekerja ekstra dari hulu ke hilir. Petugas harus intens turun ke lapangan untuk benar-benar mengendalikan harga sembako. Terlebih saat mendekati Lebaran.

Menurut Suharsono, inflasi yang terkendali merupakan salah satu syarat mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Karena itu pengendalian inflasi harus dilakukan semua pihak. Ini guna menghindarkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat.

Sementara itu, Mahmudin, seorang pengusaha rumah makan, menyatakan, harga bawang Rp 35 ribu per kilogram belum tergolong ideal. “Idealnya ya di bawah Rp 30 ribu. Syukur-syukur bisa Rp 20 ribu-Rp 25 ribu,” katanya.

Terpisah, Novy Setiawan, distributor daging sapi di Bantul, memprediksi bakal terjadi peningkatan permintaan bahan baku pembuatan bakso itu. Kenaikan harga daging sapi biasanya mulai H-7 Lebaran. “Mungkin naiknya sekitar Rp 15 ribu per kilonya,” ungkap Novy.

Adapun harga daging sapi kualitas nomor satu saat ini Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan kualitas nomor 2 Rp 100 ribu. “Nanti yang kualitas satu akan jadi Rp 135 ribu per kilogram,” jelas pemilik depot daging sapi “Segar Sumilir,” itu.

Kenaikan harga daging sapi menjadi hal biasa tiap Lebaran. Meski permintaan meningkat, Novy optimistis stok daging sapi masih aman.

Operasi pasar bawang putih belum benar-benar bisa menurunkan harga produk bumbu dapur itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News