Ibukota Tak Perlu Hijrah

Ibukota Tak Perlu Hijrah
Ibukota Tak Perlu Hijrah
ADA apa denganmu, Jakarta? "Kemacetan lalu lintas," kata seseorang. "Banjir di musim hujan," kata yang lain. "Karena itu ibukota republik ini perlu hijrah, dan bila perlu ke Kalimantan," kata seorang tokoh memberi solusi.

Keluhan itu benar, walau klise. Jakarta menyebalkan. Usia kita habis terkuras di jalanan. Penghematan BBM percuma karena mobil merangkak bagai siput dan pastilah memakan bensin tak terkira-kira. Banjir pun tak terelak, bahkan mirip "takdir".

Saya coba membolak-balik catatan. Ternyata kita bangsa yang pelupa. Merunut Emil Salim dalam tulisannya empat tahun silam di Kompas, setelah banjir Jakarta 2002, telah ditandatangani kesepakatan antara pemerintah pusat dan wakil pemerintah daerah provinsi dan kabupaten dalam kawasan Jabodetabek-Puncak-Cianjur untuk bekerja sama mengendalikan banjir (2002-2012).

Tapi, tulis Emil Salim, "Dengan perubahan presiden dan kabinet (2004), program bersama itu berhenti." Saya kira sekarang pun terluputkan. Mungkin, karena terlalu banyak soal yang belum selesai, mulai dari kisah Century, gas elpiji dan sebagainya.

ADA apa denganmu, Jakarta? "Kemacetan lalu lintas," kata seseorang. "Banjir di musim hujan," kata yang lain. "Karena itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News