Imigran dari Berbagai Penjuru Menantang Maut demi Tanah Harapan, Amerika Serikat

Imigran dari Berbagai Penjuru Menantang Maut demi Tanah Harapan, Amerika Serikat
Imigran asal Afrika di perbatasan AS - Meksiko. Foto: PBS

Banyak cara yang dilakukan penduduk Amerika Tengah untuk sampai AS. Naik di atas kereta barang yang dijuluki La Bestia atau The Beast itu salah satunya. Biasanya imigran berjalan kaki dari Guatemala selama tiga hari sebelum sampai di stasiun. The Beast tak datang setiap hari.

Mereka yang punya uang memilih untuk membeli tiket bus atau membayar orang untuk menyelundupkannya dengan dokumen palsu ke Negeri Paman Sam. Ada pula yang memilih berdesakan di dalam truk dengan ventilasi minimalis. Mereka yang tidak punya uang dan tak ingin membahayakan nyawa dengan menaiki The Beast ataupun truk lebih memilih ikut rombongan karavan imigran.

Apa pun jalur yang ditempuh, perjalanan ke AS kini tak semudah dulu. Tekanan dari AS membuat pemerintah Meksiko getol merazia berbagai lokasi dan mendeportasi imigran yang tak punya dokumen lengkap.

Kamis (27/6) 100 tentara dan petugas imigran dikerahkan untuk merazia KA. Puluhan imigran yang naik di atas gerbong ditangkapi. Sekitar 500 imigran lainnya ditangkap saat razia di hotel, terminal bus, dan jalan tol. Di Veracruz, 134 imigran di dalam trailer diamankan. Mereka ketahuan setelah berusaha menjebol pintu trailer yang dikunci dari luar. Mayoritas dalam kondisi lemas karena dehidrasi.

Meksiko memang harus berjuang keras jika tidak ingin ekonominya terpuruk. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif atau pajak 5 persen pada semua produk Meksiko yang masuk negaranya. Jika gagal, tarifnya bisa terus naik hingga 25 persen. Bagi Meksiko, itu pukulan keras. Sebab, selama ini mayoritas produk mereka dijual ke AS.

Karena itu, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengerahkan sekitar 6 ribu Garda Nasional. Mereka ditempatkan di wilayah perbatasan bagian selatan untuk menghentikan arus imigran agar tak sampai ke AS. ''Kami sudah melakukan penangkapan di penjuru negara bagian,'' ujar Delegasi Institut Imigrasi Veracruz Edgar Gonzalez Suarez seperti dikutip AP. Mayoritas yang tertangkap adalah warga Honduras dan Guatemala.

Kalau toh mereka berhasil sampai di perbatasan Meksiko-AS, perjalanan selanjutnya juga tak mudah. Pemerintah AS sangat ketat menyeleksi para pencari suaka. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, sebelum mereka diproses. Mereka yang tak sabar memilih untuk menyeberang secara ilegal dan bertemu maut dalam wujud yang lain, tenggelam.

Oscar Alberto Martinez Ramirez dan putrinya yang masih berusia 23 bulan, Valeria, adalah contohnya. Mereka tewas tenggelam dalam kondisi berpelukan. Direktur Sementara Badan Layanan Kependudukan dan Imigrasi AS Ken Cuccinelli justru menyalahkan keputusan Alberto yang memilih menyeberangi Sungai Rio Grande. ''Alasan tragedi itu terjadi di perbatasan karena ayahnya tidak mau menunggu untuk proses suaka secara legal,'' tegas pejabat 50 tahun tersebut.

Tingginya angka kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan membuat penduduk negara-negara di Amerika Tengah mengungsi ke Amerika Serikat (AS)

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News