IPCN: Kalau Barang dari Daerah Tidak Dikirim, Orang di Kota Makan Apa?

IPCN: Kalau Barang dari Daerah Tidak Dikirim, Orang di Kota Makan Apa?
Terminal peti kemas. Foto: Humas Bea Cukai

Selain faktor tersebut, Benny menjelaskan, bahaya covid-19 membuat aktivitas bongkar muat di pelabuhan menjadi lamban.

Alhasil, para pemilik kapal laut memilih menyandarkan armadanya lantaran kapasitas angkut belum terisi penuh. Meskipun banyak pula yang terpaksa melaut agar kondisi barang yang diangkut tidak rusak atau busuk.

“Barang ke daerah dan sebaliknya menjadi lebih lama dikirim. Kapal-kapal yang tadinya penuh muatan, sekarang kuota belum full jadi bikin molor juga perjalanannya. Dampaknya sangat terasa,” ujarnya.

Meski begitu, Benny yang juga merupakan CEO Klik Logistics Jasa Kargo, mengaku tidak surut semangat dan tetap melakukan aktivitas pengiriman seperti biasa. Klik Logistics akan tetap beroperasi bukan samata-mata mencari untung belaka.

Sebagai pelaku usaha, dia mengaku bertanggung jawab dalam mendistribusikan barang kebutuhan masyarakat baik dari dearah ke perkotaan atau sebaliknya. Benny mengklaim, manajemen perusahaan telah menyiapkan alat pelindung diri (APD) untuk seluruh pekerjanya dalam menjalankan tugas.

“Untuk logistik ini saya tidak boleh setop, harus tetap jalan. Kami sudah memesan APD untuk para sopir dan pekerja lainnya karena mereka harus tetap mengirim barang,” tegasnya.

“Kalau barang tidak dikirim kebutuhan orang di daerah seperti apa? Barang dari daerah seperti sayur-sayuran tetap harus dikirim, kalau tidak, orang di kota makan apa? Orang-orang di daerah juga seperti apa? Busuk barang dagangannya,” sambungnya. (esy/jpnn)

Ikatan Pengusaha Cargo Nusantara atau IPCN mengkritik pemerintah dalam penanganan wabah virus corona, COVID-19.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News