Ivan Mbatik Habibie, Ayung Pilih 'Enak Jamanku To'

Ivan Mbatik Habibie, Ayung Pilih 'Enak Jamanku To'
PROYEK ISTANA: Ivan Hariyanto di depan lukisan B.J. Habibie yang sudah jadi. Foto: Robby L for Jawa Pos

Selain Ivan, lima pelukis lainnya adalah Melodia Idris (Jogjakarta), Dede Eri Supria (Jakarta), Ayung alias Lim Hui (Jakarta), Robby L. (Jakarta), dan Gunawan Hananjaya (Solo). Berdasar penilaian Agus, para pelukis tersebut kebagian jatah wajah presiden satu per satu. Mereka dilihat atas dasar karakter realisnya.

’’Kebetulan saya dinilai cocok dengan karakter Habibie yang cepat, namun sederhana,’’ ungkap Ivan.

Dede Eri Supria lain lagi. Dia punya gaya brush stroke (sapuan kuas) yang cepat. Cocok dengan karakter Presiden Soekarno yang cepat dan berapi-api saat berpidato. Lalu, Melodia kebagian melukis Presiden SBY, Ayung menggambar Pak Harto, Gunawan melukis Gus Dur, sedangkan Robby Lulianto kebagian Presiden Megawati.

Yang terang, Agus tidak asal tunjuk. Dia harus menyaring ratusan pelukis dari seluruh Indonesia. ’’Tapi, katanya, banyak pelukis yang tidak sanggup. Mereka takut deadline,’’ ujar Ivan yang sudah mengadakan lebih dari 100 pameran (tunggal dan bersama) sejak berkarya sekitar empat dekade silam itu.

Perjumpaan Ivan dengan Agus Dermawan terjadi secara informal di acara pameran ilustrasi Kho Ping Hoo di House of Sampoerna Surabaya pada Februari lalu. Awalnya, Agus tidak memberikan informasi apa pun soal proyek istana kepresidenan itu.

’’Dia hanya tanya, ’Van, lukisanmu yang berukuran 3 x 1,5 meter regane piro?’,’’ kata Ivan. Pertanyaan itu dijawab Ivan sekenanya saja. Dia tidak pernah membayangkan akan mendapat proyek besar dari Agus.

Tidak berapa lama, Ivan mendapat e-mail tentang penunjukan dirinya dalam proyek renovasi Museum Seni Rupa Gedung Agung Jogjakarta. Dan, meskipun awalnya informal, karena itu proyek negara, prosedur demi prosedur resmi pun harus diikuti Ivan.

Misalnya, dia mesti menunjukkan delapan desain lukisan di hadapan panitia di Sekretariat Negara (Setneg) terlebih dahulu. Delapan desain itu lantas disaring menjadi lima, lalu diperas menjadi dua, dan akhirnya dipilih satu.

Semua berawal tatkala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertandang ke Istana Kepresidenan Jogjakarta. Di istana yang juga disebut Gedung Agung itu tersimpan aneka karya seniman-seniman top tanah air.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News