Jakarta Masih Rawan Banjir

Jakarta Masih Rawan Banjir
Petugas Damkar mengevakuasi warga yang terendam banjir di Kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (5/2). Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Musim penghujan sudah datang, masalah banjir menjadi momok bagi masyarakat yang tinggal di bantaran kali. Sebab, di beberapa wilayah di DKI Jakarta dilintasi oleh sungai. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah menyebutkan, sebanyak 129 kelurahan di Jakarta yang terancam banjir pada musim hujan 2018/ 2019.

Lima wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu memiliki 268 kelurahan. Dengan demikian, kelurahan yang rawan banjir itu mencapai sekitar 48 persen dari total jumlah kelurahan yang ada. “Berdasarkan peta rawan genangan dari BPBD Provinsi DKI Jakarta, terdapat 129 kelurahan titik daerah rawan genangan yang menjadi fokus untuk penanganan banjir,” kata Bambang di kantornya, Rabu (12/9).

Ia menyebutkan, 129 kelurahan tersebut harus mengantisipasi luapan sungai seperti sungai Angke, Pesanggrahan, Krukut, Ciliwung Kelurahan, Kanal Banjir Barat, Ciliwung Lama Kelurahan, Sunter, Cipinang Kelurahan, dan Cengkareng Drain.

Dari lima wilayah di Jakarta tersebut, kelurahan yang paling rawan banyak berada di Jakarta Selatan, menyusul Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. “ Kesiapan banjir ini kami identifikasi dampaknya seperti apa, kemudian kami turunkan surat keputusan dan buat estimasi perkiraan cuacanya. Kemudian kami juga siapkan orangnya, satgas,” ujarnya.

Bambang mengatakan, kelurahan yang berpotensi banjir ini berada di daerah aliran sungai (DAS) yang belum dinormalisasi atau dilebarkan dan dibeton. Ia mengakui titik banjir dari tahun sebelumnya tak berkurang jauh. Itu terjadi terutama di DAS Ciliwung yang banjirnya cukup parah.

“ Sebetulnya sih berkurang, cuma kita mulai dari 2017, sudah dua tahun tidak melakukan normalisasi di Ciliwung,” ujarnya.

Tertundanya normalisasi disebabkan ketidaksiapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membebaskan bantaran sungai dari okupasi warga. Selama tertundanya normalisasi, BBWSCC tetap berupaya meminimalisasi faktor banjir dengan mengeruk sungai yang sedimentasi atau pengendapannya tinggi.

Di luar dari 129 titik rawan banjir akibat luapan sungai, Bambang juga mengingatkan akan potensi genangan di ruas-ruas jalan dan permukiman akibat buruknya drainase ketika hujan turun. “ Kami tidak bisa memprediksi pasti. tapi yang jelas kami update terus titik genangan yang akan terjadi dan tambahannya karena faktor drainase,” katanya.

Musim penghujan sudah datang, masalah banjir menjadi momok bagi masyarakat Jakarta yang tinggal di bantaran kali.

Sumber Indopos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News