Jangan Berlebihan soal Isu Resesi, Bisa Bahaya

Jangan Berlebihan soal Isu Resesi, Bisa Bahaya
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira minta pemerintah tidak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman resesi. Foto Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira minta pemerintah tidak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman resesi.

Sebab, setiap kelompok masyarakat memiliki perilaku yang berbeda dalam menyikapi adanya ancaman resesi ekonomi.

"Sebenarnya ancaman resesi ekonomi secara global itu nyata meskipun Indonesia tumbuhnya masih positif. Namun, bagi masyarakat isu resesi emang terpecah," ujar Bhima kepada JPNN, Rabu (11/1).

Bhima mengungkapkan masyarakat dengan status kelas menengah atas ketika muncul isu ancaman resesi sejak 2022 lebih banyak menyimpan uangnya di perbankan atau menunda untuk investasi.

Karena itu, 20 persen kelompok masyarakat harus diyakinkan untuk membelanjakan uangnya untuk usaha dan belanja konsumsi sehingga masih ada optimisme.

Jadi, orang kaya mempunyai peran penting terhadap konsumsi dan ini harus didorong oleh pemerintah agar uangnya tidak hanya mengendap di perbankan.

Di sisi lain, resesi ekonomi sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat kelompok menengah ke bawah, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, inflasi, dan suku bunga.

Untuk itu, Bhima menyarankan agar pemerintah membantu masyarakat yang rentan terhadap resesi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira minta pemerintah tidak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman resesi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News