Kakek Sumadi Seng, Perajin Irus Tempurung Kelapa yang Masih Eksis

Kakek Sumadi Seng, Perajin Irus Tempurung Kelapa yang Masih Eksis
Kakek Sumadi Seng bertahan hidup dari memproduksi irus. Foto: Istimewa

Kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan memang sudah berlangsung sejak lama, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, hanya sedikit yang terus mempertahankannya. Generasi muda setempat kurang tertarik pada kerajinan limbah kelapa.

Meski hampir setiap hari membuat sendok sayur, kakek Sumadi Seng sudah jarang menerima pesanan dalam jumlah banyak, atau dengan tenggat waktu yang singkat. Ia tidak ingin memaksakan kondisinya untuk mengerjakan pesanan yang memberatkan.

Hasil produksinya setiap hari dikumpulkan di rumah sambil menunggu pedagang pengepul datang mengambil. "Yang penting buat, nanti kalau ada yang ambil ya seadanya itu," ungkap kakek Sumadi Seng, Selasa (6/8).

Saat ini, kakek Sumadi Seng mengandalkan pengepul untuk memasarkan hasil produksinya ke luar daerah seperti Purwokerto, Yogyakarta, dan Jakarta. Berbeda saat ia masih muda yang sanggup bepergian hingga ke Bandung dan Jakarta unuk menjual sendiri irus buatannya, puluhan tahun lalu.

Meski melelahkan, kakek Sumadi Seng tetap bersyukur. “Memang capek, tapi saya masih suka begini (membuat kerajinan),” tambahnya.

Harga irus buatan kakek Sumadi Seng hanya Rp 2.000 perbuah. Itupun bisa lebih rendah jika ada pembeli borongan atau kodian (isi 20). Namun sudah tak terhitung berapa banyak irus yang ia buat selama puluhan tahun. Sepanjang itu pula ia terus menggosok tempurung kelapa sampai halus, lalu disatukan dengan gagang kayu hingga menjadi irus. Bisa jadi, irus di rumah, warung langganan kita adalah buatan kakek Sumadi Seng. (jpnn)


Sudah hampir 40 tahun, kakek Sumadi Seng melakoni pekerjaannya menggosok tempurung kelapa untuk dijadikan irus atau sendok sayur.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News