Kekurangan Guru, Rekrut Sarjana Pendidikan Baru Lulus

Kekurangan Guru, Rekrut Sarjana Pendidikan Baru Lulus
Retno Listyarti. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, PALU - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) berencana menambah jumlah tenaga pendidik di Kota Palu, Sulteng. Sebab, tidak sedikit guru yang menjadi korban bencana.

Berdasar laporan sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 22 guru meninggal saat terjadi gempa dan tsunami. Kemudian, 14 guru dinyatakan hilang dan satu orang dirawat di rumah sakit.

Selain itu, menurut Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad, ada beberapa guru yang eksodus keluar Palu. Karena itu, kemendikbud kini mencari guru pengganti.

’’Mungkin diambil dari sarjana pendidikan yang baru lulus,’’ tuturnya. Menurut dia, penanganan pasca bencana di Sulteng bakal jauh lebih lama dibandingkan di Lombok.

Terkait kurikulum bencana, menurut dia, belum perlu dibuat secara khusus. Namun, jika ada yang mengusulkan program mitigasi bencana, bisa dilakukan pembahasan. Pelatihan mitigasi bencana bisa dilakukan saat jam ekstrakurikuler. Bukan menjadi bagian dari kurikulum. Muatan atau pengetahuan kebencanaan bisa tetap dimasukkan dalam materi pelajaran oleh para guru.

Sementara itu, anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menuturkan, Kemendikbud dan Kementerian Agama perlu mempertimbangkan kondisi siswa yang berada di pengungsian.

Siswa yang belajar di kelas darurat harus diberi perlakukan khusus. Waktu pembelajaran juga tidak bisa disamakan dengan sekolah normal. Sebab, di daerah bencana, pemakaian ruang kelas harus bergantian.

”Jumlah ruangan yang dibutuhkan dengan yang tersedia tidak imbang, terutama untuk SMA/sederajat. Di sekolah darurat, rata-rata jam belajar berkisar lima jam. Di sekolah biasa delapan jam,” jelas Retno.

Meski masih dalam kondisi darurat, proses belajar mengajar di Palu dan sekitarnya mulai berjalan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News