Kelola Jembatan Pribadi Antarprovinsi, Per Hari Rp 100 Ribu

Kelola Jembatan Pribadi Antarprovinsi, Per Hari Rp 100 Ribu
Rustam dengan latar belakang jembatan yang dibangunnya dengan dana sendiri. Jembatan tersebut menghubungkan dua desa di dua provinsi berbeda. Foto: ANDRI WIGUNA/RADAR CIREBON

Jauh berbeda dengan jembatan jalan raya, jembatan milik Rustam hanya bisa dilintasi pengendara motor dan sepeda serta pejalan kaki.

Meski demikian, bagi warga Desa Kalibuntu di Kecamatan Pabedilan, Cirebon, dan Desa Kalibuntu, Losari, Brebes, jembatan tersebut sangat membantu untuk menghemat waktu.

Memang ada dua jembatan permanen yang menghubungkan Cirebon dengan Brebes di Losari dan Ciledug.

Tapi, dibutuhkan setidaknya 25 menit bagi warga Desa Kalibuntu di Brebes jika harus melewati jembatan tersebut untuk bisa memasuki wilayah Cirebon.

Padahal, lewat Jembatan Sekroh, cukup lima menit. ”Yang lewat kebanyakan orang-orang ke sawah atau berangkat kerja,” tutur Rustam.

Di sepanjang aliran Cisanggarung wilayah Cirebon, jembatan pribadi sebenarnya bukan hanya milik Rustam. Di Desa Cigobangwangi, Kecamatan Pasaleman, juga ada jembatan seperti itu.

Menghubungkan desa tersebut dengan Desa Waled Kota di Kecamatan Waled. Untuk melintas di jembatan milik keluarga H. Timbul tersebut, warga bisa membayar seikhlasnya, Rp 1.000–Rp 2.000.

Keluarga Timbul sudah mengelolanya selama 10 tahun. Tiap hari dibuka 24 jam. Dijaga dalam tiga sif oleh anak-anak sang pemilik.

Kalau Rustam paham sekali perihal kekuatan jembatan selebar 1 meter tersebut, itu wajar. Sebab, jembatan bambu tersebut memang miliknya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News