Kelola Jembatan Pribadi Antarprovinsi, Per Hari Rp 100 Ribu
Sabtu, 16 September 2017 – 00:05 WIB
Otomatis, Rustam bisa kembali berbisnis perahu penyeberangan. Di sisi lain, ketika hujan deras dan debit Cisanggarung kian tinggi, Rustam juga harus ikhlas, merelakan jembatannya hilang disapu banjir.
Tapi, setidaknya untuk saat ini dia bersyukur karena masih bisa mengantongi pemasukan saat perahu tak lagi beroperasi.
”Lumayan, tapi tidak besar,” katanya, lalu menyebut angka sekitar Rp 100 ribu per hari sebagai pemasukan.
Tak besar secara pemasukan maupun fisik bangunan, tapi secara fungsi sangat penting. Terutama bagi warga dua desa bertetangga tapi terpisah kabupaten dan provinsi. (*/JPG/c11/ttg)
Kalau Rustam paham sekali perihal kekuatan jembatan selebar 1 meter tersebut, itu wajar. Sebab, jembatan bambu tersebut memang miliknya.
Redaktur & Reporter : Soetomo
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri