Kementan Buat Teknologi Sulap Rawa jadi Lahan Pertanian

Kementan Buat Teknologi Sulap Rawa jadi Lahan Pertanian
Mentan Amran Sulaiman saat meninjau persiapan Hari Pangan Sedunia di Kalsel. Foto: Ist

"Lahan rawa di Indonesia punya karakteristik ekosistem secara alami bersifat rapuh (fragile). Hal ini disebabkan berbagai cekaman abiotik seperti keracunan zat besi, kadar asam yang rendah, rendaman, salin serta rentan terhadap serangan penyakit blast.

Tantangan penanganan lahan rawa yang belum tersentuh teknologi memang bukan pekerjaan mudah, tetapi butuh kesabaran dan kecermatan dalam pengelolaanya," jelas Hendri saat diwawancarai di Jakarta pada Jumat (12/10.

Karenanya, Hendri menyatakan untuk mengoptimalkan lahan rawa perlu teknologi pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu serta penggunaan varietas padi yang adaptif di lingkungan rawa.

Hingga 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), mendukung pengembangan pertanian di lahan rawa dengan mempersiapkan aneka inovasi termasuk dengan menghasilkan sejumlah varietas unggul padi yang adaptif di lahan pasang surut dan rawa lebak.

Sebanyak 35 varietas padi unggul adaptif lahan pasang surut dan lebak dengan berbagai sifat keunggulan.

Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Priatna Sasmita menyatakan varietas-varietas tersebut dirakit untuk mengatasi permasalahan utama di lahan rawa.

"Pada Gelar Inovasi Teknologi (Geltek) yang menjadi rangkaian HPS, Balitbangtan ingin menunjukkan kepada petani dan masyarakat luas bahwa varietas unggul padi rawa punya potensi untuk dikembangkan dan bahkan bisa ditiru di ekosistem lahan rawa di provinsi lain," jelasnya.

Sementara itu, Peneliti BPTP Balitbangtan Kalsel Rina Dirgahayu menjelaskan bahwa saat ini demonstration farming (demfarm) padi rawa seluas 60 hektare di Geltek HPS menampilkan 4 (empat) varietas inbrida padi rawa (Inpara).

Jelang HPS Ke 38 kali ini Kementan ungkap teknologi untuk sulap rawa jadi lahan pertanian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News