Kesehatan Mental Menjadi Pendorong Utama Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Australia

Kesehatan Mental Menjadi Pendorong Utama Ketidakhadiran Siswa di Sekolah Australia
Pihak sekolah mengatakan, mereka mengerti jika Nyx lebih memilih tinggal di rumah. (Supplied: Natasha Coster)

Anak dari Natasha Coster yang berusia 14 tahun, Nyx, dulu suka sekolah, tetapi masalah kesehatan mental membuatnya susah-payah melewati dua pelajaran sehari

Malah kadang-kadang, ia memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah sama sekali.

"Ketika pergi ke sekolah, ia tidak merasa nyaman masuk ke kelas, jadi ia menghabiskan seluruh waktunya di luar kelas dan duduk-duduk di tangga atau di kantor guru pembimbing, atau dengan staf sekolah," kata Natasha.

"Jika suasana hatinya cukup senang, ia akan duduk di luar kelas sehingga dapat mengikuti kelas, tetapi saat ini, ia tidak senang melakukannya karena banyak siswa lain lewat dan bertanya mengapa ia tidak masuk ke kelas."

Natasha mengatakan guru dan staf pembimbing telah melakukan semua yang mereka bisa lakukan untuk membantunya, tetapi karena sulitnya akses ke perawatan kesehatan mental, bersekolah pun menjadi semakin sulit bagi Nyx.

"Pebimbing di sekolah pada dasarnya mengatakan, 'Jika kamu tidak ingin datang ke sekolah, kami sepenuhnya mengerti, tetaplah di rumah'... dan saya pikir pilihan itu yang akan lebih sering diambil," katanya.

"Kesehatan mental untuk remaja dan berusaha menemukan seseorang yang bisa mengerti sangatlah sulit."

Data baru yang dikeluarkan oleh Komisi Produktivitas di Australia menunjukkan, jumlah anak-anak yang tinggal di rumah dan tidak masuk ke kelas di Australia terus meningkat, baik karena kesehatan mental maupun penyakit lainnya.

Jumlah anak-anak yang tinggal di rumah dan tidak mau masuk ke kelas di Australia terus meningkat, baik karena kesehatan mental maupun penyakit lainnya

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News