Merayakan Natal di Jerusalem (1)
Ketegangan Pemeriksaan di Dua Sisi Perbatasan
Dari jarak sekitar 5 meter, mereka menyaksikan dua petugas turun naik memeriksa bus. Bagasi yang kosong pun tidak luput dari pemeriksaan.
Tak lama kemudian, all clear. ”Aman. Silakan masuk bus lagi,” kata Khaled, pemandu wisata lokal asal Jordania yang memandu kami dari Bandara Queen Alia, Amman.
Satu per satu, para wisatawan yang mulai bisa tersenyum itu mengembalikan koper-koper ke bus. Mereka membawa tas kabin kembali masuk bus.
Pemeriksaan berlanjut ke pos lain. Pos imigrasi. Sekali lagi, paspor diperiksa. Di kantor imigrasi perbatasan itu, ada tiga konter. Tapi, hanya dua yang buka.
”Your passport. See here. You can see it? Can?” kata petugas di konter pertama yang dikhususkan bagi turis asing.
Yang dia maksud adalah alat perekam iris mata. Setelah menyerahkan paspor, si pemilik wajib menatap alat perekam iris mata itu untuk keperluan biometri. Tak sampai tiga menit, pemeriksaan paspor rampung.
Di pos itu, Khaled berpisah dengan rombongan. Pemandu wisata asal Jordania tak boleh ke perbatasan. Hanya pengemudi bus yang diizinkan.
”Bapak Ibu, nanti tolong paspornya disiapkan ya. Kita akan diperiksa lagi di sisi Israel,” kata Eko.
Wajah-wajah rombongan turis rohani asal Indonesia kembaali tegang. Kisah tentang pasukan keamanan Isarel langsung terlintas.
- Indonesia: Tindakan Amerika Serikat Telah Mengkhianati Perdamaian
- Israel Dikabarkan Menyerang, Warga Iran Pilih Lanjutkan Tidur
- Google Pecat 28 Karyawan yang Gelar Aksi Anti-Israel di Kantor
- DPR Apresiasi Langkah Nyata Pemerintah RI Cegah Dampak Konflik Timur Tengah
- Konflik Iran-Israel Bakal Ancam Ekonomi, Pemerintah Harus Mengantisipasi
- Netanyahu: Israel Akan Membalas secara Bijaksana, Tidak Emosional