Merayakan Natal di Jerusalem (1)

Ketegangan Pemeriksaan di Dua Sisi Perbatasan

Ketegangan Pemeriksaan di Dua Sisi Perbatasan
Anak-anak yang mengikuti parade perayaan Natal di depan Gereja Nativitas, Betlehem, Minggu (24/12). Foto: Indria Pramuhapsari /JAWA POS

Sekitar 10 menit kemudian, petugas itu mengucapkan empat kata yang membuat saya lega. ”Okay. You can go,” ucapnya.

Betapa leganya saya. Pemeriksaan koper acak dan wawancara singkat nan menegangkan berakhir juga.

Setelah itu, saya melanjutkan langkah saya ke bagian pemeriksaan paspor yang letaknya berseberangan dengan bagian X-ray.

Saya antre di belakang turis lain. Satu per satu mereka maju. Ternyata, petugas di konter juga rewel. Dia menanyakan identitas semua turis yang bisa berbahasa Inggris. Termasuk saya.

Nama lengkap, nama ayah, nama ibu, ditanyakan. Saat saya jawab, petugas itu rupanya tidak terlalu mendengar. Saya pun mengulanginya, lebih keras.

Namun, lelaki berwajah judes itu mengaku tak bisa mendengar suara saya. Saya pun mengulangi lagi nama saya dengan berteriak.

”Ah. I still cannot hear you,” katanya seraya menyerahkan paspor saya yang sudah dia sisipi kartu izin seukuran KTP.

Saya pun mengambil paspor saya, balik kanan sambil nyengir. Dalam hati, saya berkata, ”Sekarepmu, Pak.”

Wajah-wajah rombongan turis rohani asal Indonesia kembaali tegang. Kisah tentang pasukan keamanan Isarel langsung terlintas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News