Keyakinan Itu Bertambah setelah Bertemu Sang Ibu di Mimpi

Keyakinan Itu Bertambah setelah Bertemu Sang Ibu di Mimpi
Andi Satar, 37, hingga sekarang belum menemukan ibunya setelah tempat tinggal ibunya diterjang gempa dan tsunami di Sulteng. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos

jpnn.com - Di markas PMI Sulteng, Satar bertugas mendata mereka yang melaporkan kehilangan anggota keluarga korban gempa dan tsunami. Tapi, nasib ibundanya sendiri justru belum dia ketahui sampai sekarang.

EDI SUSILO, Palu

SATAR akhirnya harus menyerah kepada kondisi fisik. Mendorong sepeda motor di tengah terik benar-benar menguras tenaga.

Rencana kepulangan ke Donggala pada Minggu siang (30/9) itu pun akhirnya harus dibatalkan. Motornya kehabisan bensin saat BBM jadi barang langka di Palu. Menyusul gempuran gempa dan tsunami dua hari sebelumnya.

Jadilah, sampai Jumat (5/10) pria 37 tahun itu harus menjalani hari-hari nan ironis. Di markas PMI Sulawesi Tengah (Sulteng) di Palu dia mendata keluarga yang kehilangan anggota keluarga akibat gempa dan tsunami. Tapi, di sisi lain dia justru belum tahu bagaimana nasib sang bunda.

”Saya sampai terbawa mimpi karena tidak bisa mencari ke Donggala,” terangnya.

Satar merupakan koordinator Restoring Family Links (RFL) PMI Sulteng. Tugasnya melakukan pemulihan hubungan keluarga pascagempa. Membuat berita keluarga dan menghimpun pencarian keluarga yang hilang. Terpisah oleh kekacauan gempa.

Sebuah tugas krusial. Yang menuntutnya harus selalu siaga di markas PMI. Sebab, pelapor bisa datang kapan saja.

Satar, mendata warga korban gempa dan tsunami, yakin ibunya masih ingat dengan pesan yang dia sampaikan agar lari ke tempat yang lebih tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News