Kisah Anak-Anak Timor Leste yang Diambil Tentara Indonesia
Ia dibawa ke kuburan orang tuanya di lereng bukit di pinggiran desa. Kembang kuburan menari-nari diterpa angin sore yang kering.
Ibu Alis, Clara, meninggal tiga tahun lalu. Ayahnya Francisco, meninggal bertahun-tahun sebelumnya.
"Inilah anakmu, akhirnya kembali ke Timor-Leste," kata Alis sambil membungkuk di batu nisan orang tuanya.
"Ayahku sayang. Ibuku sayang. Ketika kalian meninggal, saya tidak ada di sampingmu. Aku anakmu, Kalistru Momode, memohon ampunanmu."
Bagi Nina, sudah lebih dari satu dekade sejak dia akhirnya bisa pulang ke Timor-Leste dan bersatu kembali dengan ibunya sendiri. Dia tahu butuh proses bagi Alis untuk benar-benar bisa pulang. Dia harus kembali ke sana berkali-kali untuk menjalani penyembuhan.
"Seseorang seperti Alis, dia tinggal bersama keluarga yang mencintainya. Semua saudara lelaki dan perempuan angkatnya, menyayanginya," katanya.
"Tapi meskipun mereka mencintainya, ada saat-saat di mana Alis menyadari dirinya orang asing. Dia bukan putra dari orang yang mengambilnya."
Terakhir kali Alis melihat ibunya berada di dalam gereja di Ainaro saat berusia delapan tahun. Bangunan megah berwarna putih itu hampir tidak berubah sejak Alis naik ke Jeep tentara.
Pernah diambil oleh seorang tentara Indonesia saat masih berusia delapan tahun, ingatan Alis mengenai keluarganya di Timor Leste sudah memudar
- Tanggapan Warga Diaspora Indonesia dan Pelaku Jastip Tentang Aturan Barang Bawaan Impor
- Dunia Hari Ini: TPN Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Ganjar di MK Akan Kalah
- Dunia Hari Ini: Jutaan Warga India Merayakan Festival Holi
- Beredar Surat Peringatan untuk Warga di Wilayah Pembangunan IKN, Bikin Kaget
- Dunia Hari Ini: Petani di Inggris Berdemo dengan Konvoi Traktor ke Pusat London
- Dunia Hari Ini: Israel Menyerang Lagi Dua Rumah Sakit di Gaza