Kisah Anak-Anak Timor Leste yang Diambil Tentara Indonesia
Kalistru dipaksa mengganti namanya menjadi Alis Sumiaputra. Dia pun dibesarkan dalam sistem pendidikan Indonesia dan masuk Islam, meninggalkan keyakinan Katolik yang dianut orang tuanya di Timor-Leste.
Perlahan-lahan dia pun melupakan bahasa ibunya, bahasa Tetum. Pada saatnya, Alis akhirnya melupakan hampir semua hal dari masa kanak-kanaknya di Ainaro, bahkan melupakan keluarganya sendiri.
Kini dia dikenal sebagai Alis, menikah dan hidup di desa lain, tak jauh dari desa tempatnya tumbuh di Cigalontang, Jabar.
Saat ini, Alis bekerja sebagai petani padi di Tanjungkarang, bersama istri, seorang anak dan telah dikaruniai seorang cucu.
Alis banyak dikenal orang di desa itu dan rajin pergi ke masjid.
"Alhamdulillah saya bahagia bersama keluargaku," ujarnya.
Kehidupan Alis di Indonesia bukan kehidupan sengsara. Tentara yang mengambil dia, kata Alis, adalah "orang baik", dan membesarkan dirinya seperti anak sendiri.
"Dia bilang, kamu bukan orang lain, kamu anak saya. Setelah bertemu ibu angkat saya dan empat anaknya, kami pun sudah seperti saudara kandung. Hubungan kami begitu baik."
Pernah diambil oleh seorang tentara Indonesia saat masih berusia delapan tahun, ingatan Alis mengenai keluarganya di Timor Leste sudah memudar
- Tanggapan Warga Diaspora Indonesia dan Pelaku Jastip Tentang Aturan Barang Bawaan Impor
- Dunia Hari Ini: TPN Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Ganjar di MK Akan Kalah
- Dunia Hari Ini: Jutaan Warga India Merayakan Festival Holi
- Beredar Surat Peringatan untuk Warga di Wilayah Pembangunan IKN, Bikin Kaget
- Dunia Hari Ini: Petani di Inggris Berdemo dengan Konvoi Traktor ke Pusat London
- Dunia Hari Ini: Israel Menyerang Lagi Dua Rumah Sakit di Gaza