Kisah Anak-Anak Timor Leste yang Diambil Tentara Indonesia
Di sinilah, di pantai Laga, di utara Timor-Leste, Nina mengalami perpisahan memilukan dengan ibu dan ayahnya. Kenangan yang terus menghantuinya.
Itu terjadi pada suatu siang yang terik di tahun 1979. Kapal perang Indonesian sudah menunggu di lepas pantai untuk membawanya pergi.
Orang tua Nina berusaha keras mencegah tentara yang mengambil Nina, mengikutinya hingga ke pantai dan meminta supaya anak mereka dikembalikan.
Namun karena takut ditembak, mereka tak bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan gadis kecil itu direnggut dari tangan mereka.
"Kamu ingat ya," ujar ayah Nina, "jika kita tak bisa bertemu lagi, saya harap kamu jangan pernah lupakan saya. Jangan lupakan ayahmu."
"Tak apa-apa, ayah," ujar Nina. Lalu ibunya mengecupnya di dahi. "Nina, pergilah. Saya yakin kita akan bertemu lagi."
Kehidupan Nina di Indonesia tidaklah sama dengan yang dialami Alis. Dia tinggal bersama keluarga tentara tersebut dan dipaksa berganti nama menjadi Lina. Tak lama berselang, dia pun sadar bahwa dirinya akan dijadikan pembantu.
"Saya dibangunkan jam 3 pagi. Saya seperti pembantu, melayani mereka semua, mencuci baju, memasak, segala kerjaan rumah," katanya. "Setelah selesai barulah saya boleh ke sekolah."
Pernah diambil oleh seorang tentara Indonesia saat masih berusia delapan tahun, ingatan Alis mengenai keluarganya di Timor Leste sudah memudar
- Dunia Hari Ini: Timnas Garuda Muda Kalahkan Australia 1-0
- Warga Dievakuasi untuk Menghindari Letusan Gunung Ruang
- Dunia Hari Ini: Helikopter ini Mengirimkan Pesan dari Mars ke Bumi
- Wombat Tertua di Dunia Berulang Tahun yang ke-35
- Pelaku Penikaman Masal di Sydney Disebut Tidak Mencurigakan
- Orang Utan Kalimantan Lahir di Kebun Binatang di Florida, Amerika Serikat