Kisah Spiritual: Menjaga Hakikat Roh

Oleh: Prof Dr H Ishomuddin MSi

Kisah Spiritual: Menjaga Hakikat Roh
Prof Dr H Ishomuddin MSi

jpnn.com, MALANG - Minggu pertama di bulan Ramadan tahun 2018 ini terasa berbeda daripada minggu pertama tahun 2017 lalu. Untuk kepentingan misi akademik minggu pertama bulan Ramadan tahun lalu, saya berada di Vietnam. Vietnam merupakan negara komunis sehingga tidak terasa getaran indahnya bulan suci Ramadan.

Saya betul-betul merasa kehilangan satu minggu momentum bulan yang hadirnya ditunggu-tunggu oleh setiap muslim. Saya betul-betul sedih tidak mendapatkan suasana Ramadan yang sangat membahagiakan.

Nampaknya ”kenikmatan” Ramadan tidak dapat dirasakan tanpa didukung suasana kehidupan islami masyarakat yang menyambutnya. Perjumpaan ”spiritual” Ramadan baru terasa ketika memasuki minggu kedua, setelah saya transit di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam perjalanan menuju Surabaya.

Bagi kebanyakan umat Islam, Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keistimewaan. Biasanya disebut dengan bulan suci, bulan Mubarak, bulan Nuzul Quran, dan sebagainya. Secara tekstual kesan yang diperkenalkan Alquran dan hadis dengan istilah-istilah tersebut telah menggiring kita umat Islam mendudukkan diri berbeda dibanding bulan-bulan biasa selain Ramadan. Dari dimensi waktu, bulan Ramadan adalah fardu zaman.

Mengapa disebut fardu zaman? Sebab, satu tahun satu zaman, diwajibkan berpuasa. Puasa itu bulan umatnya Muhammad, ”Rajabu syahrullah, wa sya’bani syahri, wa ramadhana syahru ummati” Nyatalah bahwa bulan Ramadan bulannya yang puasa, bukan bulannya bulan pembukaan.

Bukan bulannya bulan ketinggian, dan bukan bulannya bulan mulia. Akan tetapi orang-orang yang berpuasa mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW. Itulah yang dibakar hawa nafsunya. Maka, bersihlah-sucilah hatinya. Mereka itulah yang mulia. Mereka itulah yang ditinggikan oleh Allah SWT.

”Dia yang menjadikan kamu, di antara kamu (bukan di antara kamu-kamu, tetapi di dalam diri kamu masing-masing), ada yang kafir dan ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. 64 ayat 2).

Dengan berbagai fasilitas yang diberikan oleh Allah pada bulan Ramadan, maka setiap kita berusaha menyatukan dua dimensi. Antara fisik dan nonfisik, antara jasmani dan rohani.

Kisah spiritual yang dipaparkan Prof Dr H Ishomuddin MSi berkaitan menjaga hakikat roh di bulan ramadan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News