Kisah tentang WNI di London Pemburu Brompton Langka

Kisah tentang WNI di London Pemburu Brompton Langka
Wahyu Hansudi menunggangi sepeda lipat merek Brompton. Foto: arsip pribadi for jpnn.com

Meski sudah menjadi perantau di Inggris sejak 2002, Wahyu baru kesengsem pada Brompton sekitar 2018 silam. Ada tipe Brompton yang langsung membuatnya jatuh hati.

“Brompton pertama saya Explorer,” kata suami Wahyuningsih itu.

Belakangan intensitas Wahyu berburu Brompton langka bertambah saat masa pandemi COVID-19. Sebab, dia punya lebih banyak waktu luang.

“Sebelum pandemi sudah (mencari Brompton edisi khusus, red), tetapi tidak seintens sekarang, karena saat ini banyak waktu luang,” katanya.

Wahyu pun sudah mengeluarkan duit cukup banyak demi berburu Brompton. “Sudah sekitar GBP 10 ribuan (sekitar Rp 175 juta, red),” sebutnya sambil terkekeh.

Bagaimana jika Brompton koleksi Wahyu itu jadi incaran orang lain? Wahyu menjawab diplomatis.

“Selama harga cocok sih enggak apa-apa. Cuma kalau untuk koleksi yang rare kadang-kadang ada pikiran sayang juga kalau melepasnya, karena belum tentu bisa dapat lagi dan barang juga belum tentu ada,” ucap pria asal Desa Ampelgading, Kecamatan Kesamben, Blitar yang kini tinggal di North West, London itu.(ara/jpnn)

Sepeda lipat merek Brompton tengah menjadi buruan dan harganya pun meroket seiring meningkatnya minat publik pada kereta angin buatan Inggris itu.


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News