KLHK Pastikan tidak Ada Merkuri di Poboya
jpnn.com, PALU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) cukup yakin masyarakat penambang di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, sudah cukup lama meninggalkan penggunaan merkuri untuk pertambangan.
Direktur Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yun Insiani mengatakan, kini warga penambang menggantikan merkuri dengan sianida.
“Mereka saat ini sudah menggunakan sianida, kalau merkuri sudah mereka ditinggalkan,” kata Yun, Jumat (6/10).
Yun menjelaskan, dari hasil pengambilan sampel rambut saat KLHK melakukan observasi langsung ke area pertambangan sekitar Maret dan Agustus 2017 lalu, didapati ada rambut penambang yang mengandung merkuri.
Namun, tegas dia, dari hasil pengamatan KLHK itu merupakan dampak penggunaan merkuri di beberapa tahun sebelumnya.
“Efeknya kan akumulasi, makanya merkuri itu disebut bioakumulasi,” ujarnya.
Menurut dia, mungkin sudah dua atau tiga tahun mereka tidak pakai merkuri. Tetapi sebelumnya mereka pakai merkuri.
“Sehingga itu bisa kami lihat di rambutnya,” kata Yun.
Kini warga penambang menggantikan merkuri dengan sianida
- Buka Festival Pengendalian Lingkungan 2024, Menteri Siti Singgung Penggabungan 2 Kementerian
- KLHK Gelar Panggung Kolaborasi Rimbawan, Begini Pesan Menteri Siti
- Menteri LHK: Indonesia Jadi Contoh Internasional dalam REDD+ dan RBP Emisi Karbon
- Antisipasi Karhutla, Menteri Siti: KLHK Lakukan 3 Langkah Strategis Termasuk Pemanfaatan TMC
- Menteri LHK dan Presiden IUCN Gelar Pertemuan Bilateral, Nih Agendanya
- KLHK dan PMI Menjalin Kerja Sama, Begini Komentar Menteri Siti dan Pak JK