Konsensus 5 Poin Sudah Basi, ASEAN Kehilangan Momentum Atasi Krisis Myanmar?

Konsensus 5 Poin Sudah Basi, ASEAN Kehilangan Momentum Atasi Krisis Myanmar?
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: ANTARA/REUTERS/Stringer/wsj

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja menilai Konsensus Lima Poin yang disepakati oleh para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sudah tidak relevan untuk mengatasi krisis di Myanmar.

Menurut Dinna, konsensus tersebut sudah tidak efektif karena pada dua keketuaannya sebelumnya di Brunei Darussalam dan Kamboja tak kunjung membuat junta militer mau melaksanakan satu pun dari lima poin itu.

"Menurut saya, Konsensus Lima Poin memang sudah tidak relevan. Saya hampir yakin sebenarnya para menteri luar negeri ASEAN tahu bahwa itu sudah mentok, tidak efektif," kata Dinna kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (3/2).

Dinna menuturkan, ASEAN juga tidak seharusnya bergantung dengan utusan khusus untuk membuka dialog dengan junta Myanmar. Menurut dia, utusan khusus sudah berkali-kali "dimatikan" sehingga organisasi regional itu harus membuat terobosan lain.

"Utusan khusus gagal melakukan penetrasi politik. Jadi harus digunakan cara lain," katanya.

Dua utusan khusus keketuaan ASEAN sebelumnya, yakni Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam dan Kamboja belum berhasil membujuk pimpinan junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlang untuk bertemu penasihat negara Aung San Suu Kyi maupun membuka dialog bersama pihak-pihak berkepentingan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa krisis di Myanmar merupakan ujian untuk mengetes kredibilitas ASEAN.

Retno, yang mengemban tugas utusan khusus untuk Myanmar tahun ini, menegaskan bahwa ASEAN akan tetap mengacu Konsensus Lima Poin untuk membantu menyelesaikan krisis di Myanmar meskipun diakuinya upaya itu belum efektif.

Dua utusan khusus keketuaan ASEAN sebelumnya, yakni Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam dan Kamboja belum berhasil membujuk pimpinan junta militer Myanmar

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News