Kurang Apa Lagi Gatot Nurmantyo

Kurang Apa Lagi Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah tudingan mengarah kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, yang dianggap berpolitik praktis dan mencari popularitas untuk Pilpres 2019.

Namun, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago memandang Gatot selama ini tidak berpolitik praktis. “Kalau saya lihat Gatot tidak ada indikator berpolitik praktis. Kalau berpolitik untuk negara, mungkin,” kata Pangi saat dikonfirmasi JPNN, Minggu (8/10).

Dosen ilmu politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini melihat Gatot sangat tunduk pada supremasi sipil dan patuh kepada pemerintahan yang sah.

Karena itu, Pangi menyatakan, pidato Presiden Joko Widodo saat HUT TNI ke 72 di Cilegon, Banten, yang menyindir agar tentara tunduk pada pemerintahan yang sah merupakan sindiran yang tidak meneduhkan dan kurang pas serta saling menyalahkan. Terbukti, kata Pangi, selama ini Gatot tidak berpolitik praktis.

“Kalau kemarin Gatot jadi prajurit revolusioner atau pretorian, mengapa hantu kudeta yang dituduhkan dan dicurigai ke beliau tidak terbukti?” ungkap Pangi.

Faktanya, dia menegaskan, Gatot tidak mau main mata atau melakukan kudeta. “Kurang loyal dan kurang patuh di mana panglima? Beliau setia menjaga Jokowi,” kata pria kelahiran Sijunjung, Sumatera Barat, yang karib disapa Ipang ini.

Menurut dia, kalau memang waktu itu TNI naluri politiknya muncul, pasti sudah melakukan kudeta di saat pemerintah sipil dianggap gagal menciptakan pemerintahan yang efisien alias silang sengkarut.

“Biaya prajurit pretorian turun gunung dan mengambil panggung politik, apabila sipil dianggal gagal menciptakan pemerintahan yang efektif, namun TNI setia bersama rakyat menjaga demokrasi dan NKRI,” paparnya.

Gatot Nurmantyo dianggap berpolitik praktis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News