Lasik Smile

Oleh: Dahlan Iskan

Lasik Smile
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA sudah expired. Tidak bisa lagi ikut gaya hidup baru: hidup tanpa kaca mata.

Umur tertua untuk bisa bebas kacamata adalah 70 tahun. Sebelum itu mata minus bisa menjalani lasik --mata dilaser untuk menghilangkan minusnya. Atau plusnya.

Beruntunglah Anda: jauh lebih muda dari saya yang 74 tahun.

Baca Juga:

"Lebih 70 persen orang yang datang ke sini minta dilasik," ujar dr Dini Dharmawidiarini. "Lasik sudah seperti gaya hidup," tambahnya.

Setelah senam dansa di Disway, saya ke klinik NEC --National Eye Center Surabaya kemarin. Saya tertarik pada lasik tapi urung melakukannya --soal umur.

Dokter Dini adalah satu dari lima dokter anggota senam dansa SDI. Dia konsultan di NEC --di samping dokter mata di RS Mata Undaan. Dini alumnus Universitas Airlangga --memperoleh sub spesialisasi bedah refraksi, lensa, dan kornea di Hyderabad India.

Baca Juga:

Dini bersama 42 dokter mata bersatu menjadi pemilik NEC. Sejak empat tahun lalu. Ambisi para dokter di situ adalah: memiliki alat paling modern --untuk mendukung keahlian mereka.

Alat untuk klinik mata memang mahal: sekitar Rp 17 miliar. Namanya zeiss visumax. Bisa untuk membuat lenticule pada smile. Bisa untuk membuat flap pada lasik.

Setelah senam dansa di Disway, saya ke klinik NEC --National Eye Center Surabaya kemarin. Saya tertarik pada lasik tapi urung melakukannya --soal umur.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News